Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meneropong Perang Antariksa: Film Versus Realita

Oleh: Antonia Rahayu Rosaria Wibowo

FILM Star Wars yang bisa diterjemahkan menjadi Perang Bintang adalah sebuah film yang populer pada tahun 1970-an.

Film yang disutradarai oleh George Lucas ini mengisahkan tentang peperangan yang terjadi di sebuah galaksi fiktif yang sangat jauh. Film ini merupakan sebuah karya fiksi atau opera dengan latar tempat di luar angkasa atau antariksa.

Namun, pada kenyataannya perang antariksa juga terjadi di dunia nyata. Perang antariksa atau yang lebih umum dikenal dengan istilah space race mengacu pada perlombaan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa atau luar angkasa yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.

Berawal dari keinginan mantan dua negara adi daya tersebut, upaya penguasaan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa telah merambah negara-negara lain di muka bumi, termasuk negara-negara di benua Asia.

China dan India merupakan dua contoh negara di benua Asia yang terus berlomba menguasai teknologi antariksa.

Tujuan penguasaan teknologi antariksa tersebut adalah untuk menghegemoni kawasan Asia serta dunia.

Hegemoni menurut Antonio Gramsci merupakan penguasaan atau kontrol terhadap suatu ideologi. Oleh karenanya, hegemoni bukanlah semata-mata penguasaan atau pendudukan wilayah secara geografis, melainkan sebuah dominasi atau penguasaan ideologi dari suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Terkait dengan penguasaan teknologi antariksa, ide mengenai teknologi dan eksplorasi antariksa yang dapat menunjukkan kekuatan sebuah negara yang semula dimiliki oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, telah merambah negara-negara lain, termasuk China dan India yang berlokasi di benua Asia.

Kondisi ini menunjukkan bahwa ide mengenai penguasaan teknologi antariksa yang dimiliki mantan dua negara adi daya tersebut telah menghegemoni negara-negara lain di dunia.

Mengulas China dan India secara lebih spesifik, kedua negara tersebut juga menunjukkan kepentingan yang serupa yaitu berlomba menguasai teknologi antariksa untuk bisa menghegemoni Asia dan dunia.

Kompetisi China dan India untuk menguasai teknologi antariksa dapat dilihat dari pesatnya perkembangan produk berbasis teknologi antariksa di kedua negara tersebut. Di satu sisi, China berusaha menjadi lebih unggul lewat misi membawa manusia ke antariksa atau dikenal dengan human spaceflight mission.

Di sisi lain, India juga berusaha menjadi lebih unggul dengan mengembangkan satelit penginderaan jauh yang canggih. India berusaha mengembangkan sistem satelit dengan ukuran yang lebih kecil, jumlah yang lebih banyak, dan biaya pembuatan yang lebih murah.

Setelah berhasil mengembangkan teknologinya masing-masing, kedua negara tersebut meluaskan pengaruhnya kepada negara-negara lain.

Perluasan pengaruh dilakukan oleh China dengan menyediakan fasilitas dan layanan peluncuran roket bagi negara-negara lain. Penyediaan fasilitas dan layanan peluncuran roket bagi negara-negara lain telah membuat China meluncurkan lebih banyak roket dibandingkan negara lain.

Selain itu, China juga memiliki stasiun antariksa yang telah selesai dibangun pada tahun 2022. Rencananya, stasiun antariksa ini akan memfasilitasi para peneliti dari seluruh dunia yang hendak melakukan penelitian di stasiun antariksa.

Berbeda dengan China, India meluaskan pengaruhnya kepada dunia dengan menyediakan layanan peluncuran satelit bagi negara-negara lain. Indonesia juga pernah meluncurkan satelit Lapan-TUBsat dari India pada tanggal 10 Januari 2007.

Fasilitasi yang disediakan China dan India untuk negara-negara lain tersebut, khususnya negara berkembang di Afrika, Amerika Latin, dan Asia, telah membuat citra positif atau prestise bagi kedua negara tersebut di dunia internasional.

Prestise ini muncul ketika kedua negara tersebut disejajarkan dengan pemain lama di bidang keantariksaan yaitu Amerika Serikat dan Rusia.

Hal ini dinyatakan oleh mantan wakil presiden Amerika Serikat, Mike Pence, dalam sebuah berita yang dimuat di situs space.com pada tahun 2019 yaitu Amerika saat ini berada di era perang antariksa baru dengan pendatang yang memiliki kemampuan global seperti China dan India.

Sesuai dengan teori hegemoni dari Antonio Gramsci, persetujuan atau konsensus dari kelompok lain merupakan tanda bahwa sebuah upaya hegemoni berhasil dilakukan.

Pengakuan dari negara lain mengenai kemampuan China dan India di bidang teknologi antariksa menunjukkan bahwa China dan India telah berhasil menghegemoni negara-negara lain di dunia.

Membandingkan perang antariksa dalam film Star Wars dengan perang antariksa di dunia nyata, terdapat satu pelajaran penting.

Film Star Wars mengisahkan keunggulan Jedi yang menggunakan Force untuk maksud baik dibandingkan dengan Sith yang menggunakan Force untuk maksud jahat.

Senada dengan Force dalam film Star Wars yang bisa digunakan untuk maksud baik maupun maksud jahat, perlombaan penguasaan teknologi antariksa juga bisa digunakan untuk maksud baik, seperti memberikan layanan bagi negara-negara lain, maupun maksud jahat, seperti menyerang atau mengancam negara lain.

Hegemoni atau pengaruh yang diberikan China dan India kepada dunia internasional melalui layanan dan fasilitasi membuat kedua negara tersebut mendapatkan kesan yang baik dari dunia internasional.

Hal ini sesuai dengan Amanat Traktat Antariksa tahun 1967 yang menyatakan bahwa antariksa digunakan untuk maksud damai bagi kebaikan semua manusia.

Perlombaan penguasaan teknologi antariksa bisa dianalogikan dengan upaya para tokoh dalam film Star Wars untuk menguasai Force. Upaya tersebut tidaklah keliru selama upaya menguasai Force ataupun upaya menguasai teknologi antariksa digunakan untuk kebaikan semua manusia.

Hegemoni dari negara-negara yang merupakan pemain utama di bidang teknologi antariksa juga bukan merupakan hal yang salah selama hegemoni atau pengaruh tersebut membawa dampak positif bagi negara lain yang belum memiliki kemampuan yang setara dengan para pemain utama.

Antonia Rahayu Rosaria Wibowo
Badan Riset dan Inovasi Nasional

https://www.kompas.com/sains/read/2023/01/02/080000423/meneropong-perang-antariksa--film-versus-realita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke