Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muka Tanah di Pesisir Kota Semarang Menurun, Apa Penyebabnya? Ini Kata Pakar

Kompas.com - 02/06/2022, 20:15 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kota Semarang, Jawa Tengah disebut sebagai salah satu daerah yang mengalami penurunan muka tanah tercepat di dunia.

Akibatnya, rumah di kawasan pesisir Kota Semarang harus ditinggikan setiap tahun lantaran muka tanahnya yang terus menurun.

Bahkan, warga Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah harus menyiapkan puluhan juta rupiah setiap tahunnya untuk meninggikan rumah.

Baca juga: 8 Penyebab Pencemaran Tanah

Salah satu warga Tambak Lorok, Amron menyampaikan bahwa rumahnya hanya tersisa satu lantai, dari yang sebelumnya bangunan dua lantai.

"Teras yang kita duduki ini dulunya itu atap rumah. Sekarang jadi teras," ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (31/5/2022).

Peneliti ahli muda di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Dwi Sarah S.T., M.Sc; turut menyayangkan penurunan muka tanah di wilayah pesisir Kota Semarang yang telah terjadi sejak lama itu.

"(Saya) prihatin dengan fenomena tersebut, yang telah berlangsung puluhan tahun. Demikian juga dengan perbaikan jalan dan infrastruktur lain yang telah memakan biaya besar," papar Dwi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/6/2022).

Menurutnya, penurunan muka tanah seperti yang terjadi di Semarang dapat disebabkan oleh faktor alami, maupun antropogenik atau aktivitas yang dilakukan manusia.

"Penelitian kami di LIPI (BRIN) menunjukkan, bahwa di amblesan di daerah pesisir Kota Semarang dominan disebabkan faktor antropogenik, yaitu penurunan muka air tanah dan beban bangunan," kata Dwi.

Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan berdasarkan penelitian geodetik menggunakan metode GPS dan InSAR, daerah utara yaitu di pesisir Kota Semarang mengalami penurunan tanah. Kondisi tersebut telah meluas ke arah Timur (Kabupaten Demak).

Di sisi lain, Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) bekerja sama dengan Laboratorium Geodesi ITB, telah mengkaji banjir rob di Pantai Utara Jawa.

Hasilnya menunjukkan, banjir rob di Pantura pada 23 Mei 2022 erat kaitannya dengan penurunan tanah atau land subsidence.

Baca juga: Solusi Penurunan Muka Tanah di Indonesia, Apa Pembuatan Tanggul Cukup?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com