KOMPAS.com - Fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) terjadi di 112 kabupaten/kota di pesisir Indonesia, yang terparah adalah di Pekalongan, Jawa Tengah.
Fakta ini disampaikan oleh Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung Heri Andreas.
"Penurunan tanah di Indonesia terjadi di 112 kabupaten Kabupaten dan Kota pesisir di Indonesia. Itu berdasarkan hasil riset kita ya," kata Heri kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).
"Mungkin bisa lebih banyak dari itu, tapi sampai saat ini temuan kita 112 kabupaten/kota pesisir," imbuhnya.
Baca juga: 112 Kabupaten dan Kota Pesisir Indonesia Alami Penurunan Muka Tanah, yang Terparah Pekalongan
Dia mengatakan, ada beberapa daerah seperti Bandung yang sebenarnya permukaan tanahnya juga turun. Namun karena letaknya yang bukan di pesisir, kota tersebut tidak dimasukkan ke dalam daftar tersebut.
Kabupaten atau kota pesisir yang dimaksud Heri dalam studinya berada di pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian pesisir Sulawesi, dan sebagian pesisir Papua.
Nah, penurunan muka tanah di 112 kabupaten dan kota pesisir ini bervariasi kedalamannya, mulai dari 1-20 sentimeter per tahun.
"Hingga saat ini, yang penurunan muka tanahnya paling tajam atau paling cepat lajunya ada di Pekalongan, Semarang, dan Demak. Baru kemudian Jakarta," ungkap Heri.
Dalam hasil studinya, penurunan muka tanah di Pekalongan ada yang 15 sentimeter per tahun dan beberapa spot bahkan mencapai 20 sentimeter per tahun.
Sementara di Jakarta, beberapa tahun lalu memang wilayah Muara Baru, Jakarta Utara dan Pantai Mutiara, Pluit memang pernah mengalami penurunan muka tanah hingga 20 sentimeter per tahun.
Namun saat ini, trennya cenderung lebih lambat, hanya 10 sentimeter per tahun.
Penurunan muka tanah tidak hanya berpotensi menenggelamkan suatu wilayah, tapi juga merusak struktur bangunan, banjir rob, hingga cakupan wilayah banjir yang meluas.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.