Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Muka Tanah di Pesisir Kota Semarang Menurun, Apa Penyebabnya? Ini Kata Pakar

KOMPAS.com - Kota Semarang, Jawa Tengah disebut sebagai salah satu daerah yang mengalami penurunan muka tanah tercepat di dunia.

Akibatnya, rumah di kawasan pesisir Kota Semarang harus ditinggikan setiap tahun lantaran muka tanahnya yang terus menurun.

Bahkan, warga Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah harus menyiapkan puluhan juta rupiah setiap tahunnya untuk meninggikan rumah.

Salah satu warga Tambak Lorok, Amron menyampaikan bahwa rumahnya hanya tersisa satu lantai, dari yang sebelumnya bangunan dua lantai.

"Teras yang kita duduki ini dulunya itu atap rumah. Sekarang jadi teras," ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (31/5/2022).

Peneliti ahli muda di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Dwi Sarah S.T., M.Sc; turut menyayangkan penurunan muka tanah di wilayah pesisir Kota Semarang yang telah terjadi sejak lama itu.

"(Saya) prihatin dengan fenomena tersebut, yang telah berlangsung puluhan tahun. Demikian juga dengan perbaikan jalan dan infrastruktur lain yang telah memakan biaya besar," papar Dwi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/6/2022).

Menurutnya, penurunan muka tanah seperti yang terjadi di Semarang dapat disebabkan oleh faktor alami, maupun antropogenik atau aktivitas yang dilakukan manusia.

"Penelitian kami di LIPI (BRIN) menunjukkan, bahwa di amblesan di daerah pesisir Kota Semarang dominan disebabkan faktor antropogenik, yaitu penurunan muka air tanah dan beban bangunan," kata Dwi.

Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan berdasarkan penelitian geodetik menggunakan metode GPS dan InSAR, daerah utara yaitu di pesisir Kota Semarang mengalami penurunan tanah. Kondisi tersebut telah meluas ke arah Timur (Kabupaten Demak).

Di sisi lain, Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) bekerja sama dengan Laboratorium Geodesi ITB, telah mengkaji banjir rob di Pantai Utara Jawa.

Hasilnya menunjukkan, banjir rob di Pantura pada 23 Mei 2022 erat kaitannya dengan penurunan tanah atau land subsidence.


Kepala Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB Heri Andreas mengatakan, banjir rob diperparah oleh terjadinya gelombang tinggi dan jebolnya tanggul di beberapa tempat.

"Laju atau kecepatan penurunan tanah di Semarang, Pekalongan, dan Demak saat ini ada yang mencapai 10 hingga 20 sentimeter per tahun. Ini merupakan laju tercepat yang tercatat di dunia," terangnya.

Studi tahun 2020 menyebut, saat ini wilayah pelabuhan sekitar Semarang mengalami penurunan 2 hingga 9,8 cm per tahun.

Sementara, BRIN tahun 2021 lalu memproyeksikan laju amblesan wilayah tersebut di antaranya:

Pertama, dengan asumsi kondisi muka air tanah dan beban saat ini amblesan akan berhenti total sekitar 300 tahun lagi.

Kedua, bila kondisi muka air tanah semakin menurun, beban bangunan meningkat, maka laju amblesan tanah diperkirakan akan meningkat.

Ketiga, perbaikan kondisi muka air tanah (tidak ada penurunan muka air tanah lagi) akan mengurangi laju amblesan dan area terdampak.

Kemudian, konservasi air tanah, yakni dengan mengurangi jumlah dan produksi sumur air tanah, dinilai akan mengurangi laju amblesan hingga 59 persen dan area terdampak sebesar 76 persen.

Solusi penanganan penurunan muka tanah di Kota Semarang

Dwi membeberkan ada dua solusi untuk menangani penurunan muka tanah di pesisir Kota Semarang, yakni solusi jangka pendek dan jangka panjang.

Adapun solusi jangka pendek dari kondisi tersebut adalah membangun struktur penahan banjir rob seperti tanggul, serta pump and polder system.

Sedangkan solusi jangka panjang ialah konservasi air tanah, dan artificial recharge air tanah dalam.

"Konservasi air tanah berupa zonasi pengambilan air tanah sudah dituangkan dalam zonasi konservasi air tanah yang disusun oleh Badan Geologi. Ada zona merah, zona kuning, zona resapan dan sebagainya," tutur Dwi.

Kendati demikian, dirinya mencatat perbaikan kondisi air tanah tidak serta-merta menghentikan proses amblesan tanah, tetapi membantu memperlambat laju amblesannya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/02/201500723/muka-tanah-di-pesisir-kota-semarang-menurun-apa-penyebabnya-ini-kata-pakar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke