Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres dan Depresi Selama Kehamilan Bisa Membahayakan Anak, Studi Jelaskan

Kompas.com - 28/10/2021, 17:05 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama masa kehamilan, bukan hanya kesehatan fisik ibu yang harus diperhatikan, melainkan juga kesehatan mentalnya.

Pasalnya, sebuah studi menunjukkan bahwa stres dan depresi pada ibu hamil bisa membahayakan anak yang dikandungnya.

Melansir Web MD, Rabu (27/10/2021), para peneliti dari National Institute of Health di Bethesda, menemukan adanya perubahan plasenta yang berperan dalam tumbuh kembang janin di dalam kandungan, akibat stres dan depresi yang dialami ibu selama periode hamil.

Baca juga: Preeklamsia pada Ibu Hamil Seringkali Tak Bergejala, Kapan Harus Waspada dan Deteksi Dini?

Studi yang telah dipublikasikan di Epigenomics tersebut juga mengungkapkan, perubahan ini dapat mengubah aktivasi gen mereka.

Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, stres dan depresi tidak jarang dialami oleh wanita hamil dan memengaruhi 1 dari 10 kehamilan.

Selain itu, terdapat beberapa bukti lain yang telah menunjukkan bahwa depresi selama kehamilan dapat memberikan efek negatif pada anak di kemudian hari.

Contohnya adalah hasil yang diungkap oleh salah satu penelitian lain yang menemukan, bahwa depresi selama kehamilan berkaitan dengan gangguan perilaku dan emosional selama masa kanak-kanak.

Tidak hanya itu, penelitian lain yang serupa juga mengatakan, bahwa depresi yang dialami ibu saat hamil mampu meningkatkan risiko depresi anak pada usia 18 tahun.

Oleh karena itu, guna menyelidiki stres dan depresi selama kehamilan, para peneliti dari NIH melakukan evaluasi terhadap 301 wanita hamil dari 12 klinik di Amerika Serikat yang telah mengambil bagian dalam studi klinis sebelumnya.

Kelompok peserta yang diteliti berasal dari etnis yang beragam, yaitu sebanyak 34 persen adalah Hispanik, 26 persen adalah kulit putih non-Hispanik, 24 persen adalah kulit hitam non-Hispanik, dan 17 persen dari Asia atau Kepulauan Pasifik.

Adapun hal yang harus dilakukan adalah, para wanita hamil diminta untuk mengisi kuesioner yang secara rutin digunakan untuk menganalisa stres dan depresi.

Selanjutnya, mereka kembali harus menyelesaikan kuesioner sebanyak lima kali selama masa kehamilannya.

Sesaat setelah melahirkan, para peneliti akan mengambil sampel jaringan dari plasenta dan menganalisa genetikanya.

Baca juga: Stres Saat Hamil: Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegahnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com