Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikologi Warna, dari Mood hingga Strategi Marketing

Kompas.com - 13/05/2021, 19:04 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comPsikologi warna sangat ramai dibahas, mulai dari pengalaman pribadi, hingga strategi marketing. Beberapa dekade terakhir, banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan antara fungsi psikologis dan warna. Penelitian telah menghasilkan hasil empiris, namun masih dibutuhkan penelitian untuk mengetahui lebih detail lagi mengenai ini.

Warna pertama kali diperhatikan oleh Sloane pada tahun 1991 dan Gage pada tahun 1993. Mereka membahas warna tulisan Aristoteles dan Anni Albers, serta kaitan warna dengan budaya.

Sedangkan teori mengenai psikologi warna sudah diungkapkan oleh Goethe sejak tahun 1810. Dia menulis Theory of Colors yang membahas kaitan warna dengan respon emosional.

Goldstein pada tahun 1942 mengembangkan ide Goethe dan menemukan bahwa warna tertentu akan menghasilkan reaksi psikologis yang berpengaruh pada emosional seseorang, orientasi kognitif, dan perilaku seseorang.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Sebenarnya Apa Warna Asli Bulan?

Mata manusia memiliki kemampuan untuk melihat 7 juta warna. Warna-warna ini didapatkan dari kombinasi warna primer, sekunder, dan tertier.

Warna primer ada 3, yaitu merah, biru, dan kuning. Warna primer tidak akan bisa didapat dengan mengombinasikan warna lain. Jika warna primer digabungkan dengan komposisi yang sama, maka akan terbentuk warna hitam.

 

Warna sekunder adalah warna yang didapat dengan menggabungkan dua warna primer. Warna sekunder ada tiga, yaitu oranye (gabungan warna merah dan kuning), hijau (gabungan warna biru dan kuning), dan ungu (campuran warna biru dan merah).

Warna tertier adalah warna yang didapat dengan menggabungkan warna primer dan warna sekunder.

Baca juga: Mengapa Kita Bisa Melihat Banyak Warna Saat Memejamkan Mata?

Bagaimana warna mempengaruhi psikologi

Saat cahaya mengenai objek dan mata manusia, perbedaan panjang gelombang akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula. Ketika cahaya mengenai retina, informasi tersebut akan diubah menjadi impuls yang diteruskan ke hipotalamus untuk diintepretasi.

Hipotalamus adalah tempat diaturnya suhu tubuh kita, nafsu makan, fungsi seksual, pola tidur, dan pola perilaku. Karena inilah warna akan diterjemahkan ke dalam berbagai hal yang diatur di hipotalamus.

Dilansir dari Sage Journals (28/2/2014), berikut beberapa contoh pengaruh warna pada psikologis seseorang.

Merah

Pada tahun 2005, Hill dan Barton menyadari bahwa pada binatang, mereka sering terpicu keagresifannya dengan melihat sinyal berupa warna merah dari darah.

Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa pengaruh psikologis bahkan ditemukan dengan stimulasi artifisial seperti menggunakan benda berwarna merah. Merah terbukti meningkatkan sifat agresif. Contohnya pada pertandingan olahraga, menggunakan warna merah akan memberi stimulus untuk menjadi lebih kompetitif.

Merah merupakan warna dengan panjang gelombang paling panjang. Objek yang berwarna merah sering terlihat lebih dekat dibandingkan dengan objek lainnya. Selain itu, warna merah kerap dikaitkan dengan kemarahan, rasa malu, dan gairah.

Baca juga: Kenapa Warna Rambut Manusia Berbeda? Ini 5 Alasannya

Biru

Warna biru sering dianggap menyampaikan pesan berupa rasa sakit dan kondisi psikologis yang buruk. Namun, berbeda penempatan warna pada benda, maka akan beda pula efek yang dirasakan. Biru pada pita mengindikasikan rasa positif akan kemenangan, sedangkan biru pada makanan sering dikaitkan dengan kerusakan atau busuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com