KOMPAS.com - Menurut analisis baru, cumi-cumi vampir telah mendekam di kegelapan lautan selama 30 juta tahun.
Cumi-cumi vampir modern (Vampyroteuthis infernalis) dapat berkembang biak di perairan laut yang minim oksigen. Perilaku ini berbeda dengan banyak spesies cumi-cumi lain yang membutuhkan habitat dangkal di sepanjang landas kontinen.
Beberapa fosil nenek moyang cumi-cumi vampir saat ini masih hidup, jadi para ilmuwan tidak yakin kapan cephalopoda yang sulit ditangkap ini mengembangkan kemampuan untuk hidup dengan sedikit oksigen.
Analisis fosil baru membantu mengisi celah 120 juta tahun dalam evolusi cumi-cumi vampir, mengungkapkan bahwa nenek moyang cumi-cumi vampir zaman modern sudah hidup di lautan dalam selama Oligosen, 23 juta hingga 34 juta tahun yang lalu.
Baca juga: Berumur 635 Juta Tahun, Fosil Jamur Darat Tertua Ini Ungkap Masa Lalu Bumi
"Cumi-cumi ini mungkin berevolusi, beradaptasi dengan air rendah oksigen selama periode Jurassic," kata rekan penulis studi Martin Koš?ák, ahli paleontologi di Universitas Charles di Praha.
"Kehidupan dengan tingkat oksigen rendah yang stabil membawa keuntungan evolusioner - tekanan predasi rendah dan persaingan yang lebih sedikit," kata Koš?ák seperti dilansir Live Science, Senin (22/2/2021).
Koš?ák dan rekan-rekannya menemukan fosil cumi-cumi vampir yang telah lama hilang di koleksi Museum Sejarah Alam Hongaria pada 2019 saat mencari fosil nenek moyang sotong.
Fosil itu awalnya ditemukan pada tahun 1942 oleh ahli paleontologi Hongaria Miklós Kretzoi, yang mengidentifikasinya sebagai cumi-cumi yang berumur sekitar 30 juta tahun dan menamakannya Necroteuthis hungarica.
Namun, peneliti selanjutnya berpendapat bahwa itu adalah nenek moyang sotong.
Pada tahun 1956, selama Revolusi Hongaria, museum tersebut dibakar, dan fosilnya diperkirakan akan dimusnahkan.
Penemuan kembali itu merupakan kejutan yang membahagiakan.
Koš?ák dan rekan-rekannya mempelajari fosil tersebut dengan pemindaian mikroskop elektron dan melakukan analisis geokimia.
Temuan Koš?ák menunjukkan bahwa identifikasi awal yang dilakukan Kretzoi benar. Fosil itu berasal dari cumi-cumi, bukan nenek moyang sotong.
Cangkang bagian dalam hewan, atau gladius, yang membentuk tulang punggung tubuhnya, memiliki panjang sekitar 6 inci (15 sentimeter).
Sementara panjang cumi-cumi, termasuk lengan, sekitar 13,7 inci (35 sentimeter).