Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bahan Bakar Fosil Tewaskan 8 Juta Orang pada 2018

Kompas.com - 12/02/2021, 11:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Penelitian baru menunjukkan 18 persen kasus kematian di dunia pada tahun 2018 disebabkan oleh paparan materi partikulat atau polusi udara dari emisi bahan bakar fosil.

Hal itu berarti lebih dari delapan juta orang meninggal akibat polusi bahan bakar fosil, hampir dua kali lebih banyak dari perkiraan.

Seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (11/2/2021) Global Burden of Disease, studi terbesar dan terlengkap penyebab kematian global menemukan kalau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang berkaitan dengan merokok dan polusi udara adalah penyebab kematian keenam paling umum di dunia.

“Studi kami menambah bukti bahwa polusi udara dari ketergantungan yang terus-menerus pada bahan bakar fosil merusak kesehatan global," kata Profesor Eloise Marais, dari University College London.

Menurutnya, kita tak dapat terus-menerus tergantung pada bahan bakar fosil. Mengingat ada efek yang begitu parah, sementara ada alternatif yang lebih bersih dan layak.

Baca juga: Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Gangguan Penglihatan

 

Dalam studinya, peneliti menggunakan pengamatan dari satelit untuk memperkirakan jumlah konsentrasi tahunan materi partikulat udara atau yang dikenal sebagai PM2.5.

Pengamatan ini saja belum cukup untuk membedakan sumber emisi tersebut, sehingga partikulat dari bahan bakar fosil dapat terlepas dari debu, kebakaran hutan, dan lainnya.

Selanjutnya, tim menggunakan model 3D global kimia atmosfer yang disebut GEOS-Chem untuk melakukan pembagian wilayah menjadi blok sekecil 50 x 60 km.

"Kami ingin memetakan di mana polusi udara itu dan di mana orang-orang tinggal, sehingga kami dapat mengetahui lebih banyak dan tepat apa yang dihirup orang-orang saat bernapas," jelas Karn Vohra, penulis utama dalam studi.

Baca juga: Polusi Udara Sebabkan 500.000 Bayi Meninggal, Begini Penjelasan Sains

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com