Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Inggris: Perang Israel-Hamas Mengerikan dan Harus Diakhiri

Kompas.com - 07/04/2024, 06:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com - Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pada Sabtu (6/4/2024) menyerukan perang antara Israel dan Hamas harus diakhiri.

Ia menyebut, Inggris terus mendukung hak Israel untuk mengalahkan ancaman dari Hamas dan mempertahankan keamanan mereka.

Namun, kata Sunak, seluruh Inggris terkejut dengan pertumpahan darah yang terjadi di Jalur Gaza.

Baca juga: Seperti Ini Suasana Ramadhan di Gaza, Budaya Al-Musaharati Masih Dijalankan

"Konflik yang mengerikan ini harus diakhiri. Para sandera harus dibebaskan. Bantuan yang telah kami upayakan dengan sekuat tenaga untuk dikirim melalui darat, udara, dan laut harus disalurkan," ungkap dia, dikutip dari AFP.

Perang Gaza telah dimulai pada 7 Oktober lalu. Menurut data Israel, serbuan Hamas kala itu mengakibatkan tewasnya 1.170 orang di Israel selatan, sebagian besar adalah warga sipil.

Sementara itu, serangan Israel telah menewaskan 33.000 orang lebih di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina tersebut.

Sunak mengatakan bahwa anak-anak Gaza membutuhkan jeda kemanusiaan dengan segera, yang mengarah pada gencatan senjata jangka panjang yang berkelanjutan.

"Itu adalah cara tercepat untuk mengeluarkan para sandera dan memberikan bantuan, serta menghentikan pertempuran dan jatuhnya korban jiwa. Demi kebaikan warga Israel dan Palestina, yang semuanya berhak untuk hidup dalam damai, bermartabat, dan aman, itulah yang akan terus kami upayakan," tambahnya.

Pemerintah Inggris sebelumnya pada Jumat (5/4/2024) menyerukan "transparansi penuh" dan "peninjauan yang sepenuhnya independen" terhadap pembunuhan tujuh pekerja bantuan di Jalur Gaza.

Baca juga: Biden: Israel Lakukan Apa yang Saya Minta Terkait Bantuan Gaza

Tiga dari tujuh staf World Central Kitchen yang tewas dalam serangan udara Israel pada Senin (1/4/2024) malam adalah warga negara Inggris.

Kematian tersebut juga telah meningkatkan tekanan pada pemerintah Inggris untuk menangguhkan izin ekspor senjata ke Israel.

Menurut kelompok-kelompok pengawas senjata, London telah menyetujui lebih dari 487 juta poundsterlin penjualan senjata ke Israel sejak tahun 2015 dalam apa yang disebut sebagai izin tunggal.

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengatakan bahwa sebuah kapal Angkatan Laut akan dikerahkan untuk membantu memasukkan lebih banyak bantuan ke Gaza.

Bersamaan dengan pengerahan tersebut, Inggris juga mengumumkan paket senilai 9,7 juta poundsterling untuk pengiriman bantuan, keahlian logistik, dan dukungan peralatan untuk koridor kemanusiaan di Mediterania timur antara Siprus dan Gaza.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Inggris dan sekutunya perlu "menjajaki semua opsi", termasuk pengiriman melalui laut dan udara untuk meringankan penderitaan beberapa orang yang paling rentan di dunia di Gaza.

Baca juga: Perintahkan Penyerangan Pekerja Bantuan Gaza, 2 Perwira Israel Dipecat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com