Penulis: David Ehl/DW Indonesia
MOSKWA, KOMPAS.com - Amerika Serikat sempat peringatkan Rusia beberapa pekan sebelum serangan di Crocus City Hall, Moskwa, yang menewaskan 130 orang.
Karena meski berseteru, AS terikat doktrin lama untuk selalu menyebar informasi bahaya teror
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskwa pada tanggal 7 Maret lalu melayangkan pesan singkat berisi peringatan bahaya teror kepada warga negaranya di Rusia.
Baca juga: Rusia Tuding Barat Bantu Pelaku Penembakan Moskwa, Apa Kata Kepala FSB?
"Kaum ekstremis sedang menjalankan rencana menargetkan pertemuan besar di Moskwa, termasuk konser musik," sebut pesan itu.
Oleh sebab itu, warga AS diminta untuk menghindari acara publik dan kerumunan manusia "selama 48 jam ke depan."
Aksi teror yang disinggung dalam peringatan bahaya itu terjadi 15 hari kemudian.
Sebanyak 130 orang tewas dalam serangan di Crocus City Hall, Moskwa, pada Jumat (22/3/2024) lalu.
Dua hari kemudian, pada Minggu (24/2/2024), kelompok teror Islamic State Provinsi Khorasan, ISIS-K, merilis pernyataan di Telegram dan mengeklaim bertanggung jawab atas penembakan konser Moskwa itu.
Reaksi pemerintah AS beberapa jam setelah insiden maut di Moskwa merujuk pada peringatan bahaya teror pada tanggal 7 Maret itu.
"Kami sudah mengirimkan informasi ini kepada pihak Rusia, sebagaimana tradisi lama dalam politik untuk saling memperingatkan," tulis juru bicarta Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Adrienne Watson.
Tentu saja tidak ada rincian atau sumber dari dinas rahasia yang dibuka ke publik. Tapi apakah itu berarti pemerintah Rusia mengabaikan peringatan bahaya serangan teror dari Amerika?
Baca juga: Rusia Tuding AS, Inggris, dan Ukraina Berada di Balik Penembakan Konser Moskwa
Menurut peneliti terorisme di King's Collegge, London, Inggris, Peter Neumann, pemerintah Rusia memang terkesan tidak menganggap serius peringatan intelijen AS.
"Buktinya, Vladimir Putin baru tampil ke publik lima hari kemudian dan menyebut peringatan AS sebagai propaganda," kata dia kepada stasiun radio Deutschlandradio, Jerman.
"Pada prinsipnya, dia mengatakan bahwa peringatan tersebut sebagai bagian dari strategi perang psikologi Amerika Serikat, yang ingin menggoyahkan Rusia," imbuh Neumann.