Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Gaza Gambarkan Kondisi Mengenaskan Warga Sipil Akibat Kekejaman Israel

Kompas.com - 20/03/2024, 17:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

YERUSALEM, KOMPAS.com - Sistem perawatan kesehatan di Gaza pada dasarnya telah runtuh.

Hal itu disampaikan para dokter Barat yang mengunjungi daerah kantong Palestina tersebut dalam beberapa bulan terakhir di sebuah acara PBB pada Senin (19/3/2024). 

Mereka juga berbicara tentang kekejaman mengerikan serangan Israel.

Baca juga: Hamas Tuduh Israel Sabotase Perundingan Gencatan Senjata

Dilansir dari Reuters, empat dokter dari Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis telah bekerja sama dengan tim di Gaza, mendukung sistem perawatan kesehatan yang terpuruk sejak Israel memulai serangan militernya Oktober lalu.

Serangan Israel telah membuat hampir 2,3 juta orang mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan, meratakan sebagian besar daerah kantong, dan menewaskan lebih dari 31.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Nick Maynard, seorang ahli bedah yang terakhir kali berada di Gaza pada bulan Januari bersama lembaga amal Inggris Medical Aid for Palestinians, mengingat pernah melihat seorang anak yang mengalami luka bakar yang sangat parah hingga ia dapat melihat tulang-tulang wajahnya.

"Kami tahu tidak ada kesempatan baginya untuk bertahan hidup, namun tidak ada morfin yang bisa diberikan kepadanya," ujar Maynard, seorang ahli bedah kanker, dalam acara yang diadakan di markas besar PBB di New York. "Jadi, bukan hanya dia pasti akan mati, tapi dia akan mati dalam penderitaan."

Seorang anak berusia tujuh tahun lainnya, Hiyam Abu Khdeir, tiba di Rumah Sakit Eropa Gaza dengan luka bakar tingkat tiga di 40 persen tubuhnya, setelah serangan udara Israel di rumahnya menewaskan ayah dan saudara laki-lakinya serta melukai ibunya, kata Zaher Sahloul, seorang spesialis perawatan kritis dari kelompok kemanusiaan MedGlobal.

Setelah berminggu-minggu tertunda, ia dievakuasi ke Mesir untuk menjalani perawatan, namun meninggal dua hari kemudian, kata Sahloul.

Israel mulai mengebom wilayah Palestina pada 7 Oktober sebagai pembalasan atas serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel selatan. Para ahli internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel merupakan sebuah genosida, sebuah tuduhan yang sedang diselidiki oleh Pengadilan Dunia.

Baca juga: AS Sebut Israel Tewaskan Orang Nomor 3 Hamas

Israel membantah tuduhan genosida dan bersikukuh bahwa mereka menargetkan Hamas, bukan warga sipil. 

Israel menuduh kelompok militan itu menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan mengatakan bahwa mereka memiliki hak untuk membela diri.

Para dokter juga memperingatkan akan adanya korban jiwa yang besar jika Israel melanjutkan rencananya untuk menyerang kota Rafah, Gaza selatan.

Baca juga: Israel Akui 250 Tentaranya Tewas sejak Serang Gaza

"Jika terjadi invasi besar-besaran ke Rafah, itu akan menjadi kiamat, banyak kematian yang akan kita lihat," kata Maynard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com