Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Fransiskus: Rusia Harus Hentikan Agresinya Terlebih Dahulu

Kompas.com - 15/03/2024, 15:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

VATIKAN, KOMPAS.com - Paus Fransiskus mengeluarkan kecaman baru terhadap semua perang pada Rabu (13/3/2024).

Pernyataan itu keluar beberapa hari setelah reaksi keras dari Ukraina dan negara-negara Barat karena menyarankan agar Ukraina menyerah dan merundingkan perdamaian dengan Rusia.

Kepada media Swiss RSI, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Ukraina harus berani menunjukkan bendera putih dan membuka pembicaraan dengan Rusia.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-746 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Tolak Saran Paus Fransiskus | 3 Tewas di Donetsk

Akan tetapi, wakilnya Kardinal Pietro Parolin mengklarifikasi dalam sebuah wawancara pada hari Selasa bahwa Rusia harus menghentikan agresinya terlebih dahulu.

"Banyak anak muda, banyak anak muda yang mati dalam perang. Mari kita berdoa kepada Tuhan agar memberi kita rahmat untuk mengatasi kengerian perang ini," kata Paus Fransiskus dalam audiensi mingguannya di Lapangan Santo Petrus.

Pada hari Rabu, Kedutaan Besar Rusia di Vatikan mengucapkan selamat kepada Paus Fransiskus pada ulang tahun ke-11 pemilihannya.

Serta memujinya di media sosial X sebagai pendukung sejati dan tulus dari humanisme, perdamaian dan nilai-nilai tradisional.

Paus Fransiskus adalah salah satu dari sedikit pemimpin politik yang memiliki sudut pandang yang benar-benar strategis terhadap permasalahan dunia.

Paus Fransiskus tidak secara spesifik menyebutkan Ukraina atau zona perang lainnya dalam audiensinya, namun mengatakan bahwa dia sebelumnya telah diberi satu set tasbih rosario dan salinan Injil milik seorang pria yang terbunuh di garis depan yang tidak disebutkan secara spesifik.

Baca juga: Ukraina Tolak Saran Paus Fransiskus, Tegaskan Tak Akan Menyerah kepada Rusia

Suster Lucia Caram, seorang biarawati asal Argentina yang bertemu dengan Paus sebelum kehadirannya di Lapangan Santo Petrus, menulis di media sosial bahwa pria tersebut adalah seorang tentara Ukraina berusia 23 tahun yang tewas di Avdiivka, sebuah kota di wilayah timur yang direbut oleh Rusia bulan lalu.

Rosario tersebut awalnya diberkati oleh Paus, dan Suster Caram mengembalikannya kepada Paus.

"Paus Fransiskus menciumnya dan tampak terharu karena dia mencintai Ukraina dan menderita atas kemartiran orang-orang yang diserang dengan kejam," katanya, dikutip dari The Independent pada Kamis (14/3/2024).

Kini, Paus Fransiskus yang berusia 87 tahun dan mengalami kendala karena masalah mobilitas dan pernapasan, membatasi pidatonya di hadapan hadirin selama tiga minggu berturut-turut, dan menyerahkan kepada ajudannya untuk membaca sebagian besar teks yang telah disiapkannya.

Paus mengatakan kepada umat berimannya bahwa dia masih “sedikit flu”.

Ini bukan pertama kalinya cara bicara Paus Fransiskus yang terkadang tidak tepat, yang sering diapresiasi dalam konteks lain karena kesederhanaannya, telah menimbulkan masalah diplomatik bagi Vatikan dan membuat marah salah satu pihak yang terlibat dalam perang tersebut.

Dia telah berulang kali menyatakan solidaritasnya dengan rakyat Ukraina yang menjadi korban perang tetapi menolak menyebut nama Rusia atau Presiden Vladimir Putin.

Paus tampaknya telah menyatakan pemahamannya atas invasi yang diperintahkan Putin dengan mengatakan bahwa NATO menggonggong di depan pintu Rusia dengan melakukan ekspansi ke wilayah timur.

Baca juga: Paus Fransiskus: Ukraina Harus Punya Keberanian Negosiasikan Perdamaian

Tetapi kemudian mendapat protes resmi dari Rusia ketika dia menyalahkan sebagian besar kekejaman tersebut pada warga Ukraina dan kelompok minoritas lainnya.

Paus Fransiskus kemudian mengakui bahwa kata-katanya mungkin tidak menyenangkan. Ia juga sama sekali tidak bermaksud membenarkan invasi Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com