Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Senegal Tunda Pilpres ke Desember, Picu Bentrokan, 3 Orang Tewas

Kompas.com - 13/02/2024, 17:47 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

DAKAR, KOMPAS.com - Presiden Senegal Macky Sall secara kontroversial memunda Pilpres bulan ini ke Desember mendatang.

Hal itu pun memicu protes oleh sebagian masyarakat di negara Afrika Barat tersebut.

Namun, pawai protes yang sedianya diadakan pada Selasa (13/2/2024) ini terpaksa ditunda setelah pihak berwenang melarangnya.

Baca juga: Guru Mengaji di Senegal Ditangkap karena Perkosa 27 Murid

Elymane Haby Kane, salah satu penyelenggara pawai, mengatakan kepada AFP bahwa ia telah menerima surat resmi dari pihak berwenang setempat di ibu kota Dakar bahwa pawai tersebut dilarang karena dapat menghambat lalu lintas secara serius.

"Kami akan menunda pawai karena kami ingin tetap berada di dalam hukum," kata Malick Diop, koordinator sebuah kelompok yang mengadakan protes.

"Pawai itu dilarang. Ada masalah dengan rutenya. Jadi kami akan mengubahnya," katanya kepada AFP.

Keputusan Sall untuk menunda pemungutan suara pada 25 Februari telah menjerumuskan Senegal ke dalam krisis yang telah menewaskan tiga orang di tengah bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Kelompok Aar Sunu Election (Mari kita lindungi pemilu kita), yang terdiri dari sekitar 40 kelompok sipil, agama dan profesional, telah menyerukan sebuah demonstrasi di Dakar pada hari Selasa pukul 15.00 GMT.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah meminta pemerintah untuk mengembalikan jadwal pemilu seperti semula.

Baca juga: Polisi Senegal Tangkap 3 Tersangka Kebakaran RS yang Tewaskan 11 Bayi

Alasan Sall tunda Pilpres Senegal

Sall mengatakan dirinya menunda pemilu karena perselisihan antara parlemen dan Dewan Konstitusi mengenai calon potensial yang dilarang mencalonkan diri, dan karena kekhawatiran kembalinya kerusuhan yang terjadi pada 2021 dan 2023.

Parlemen mendukung penangguhan pemilu yang diajukan Sall hingga 15 Desember, tetapi hanya setelah pasukan keamanan menyerbu parlemen dan menahan beberapa anggota parlemen dari pihak oposisi.

Pemungutan suara ini membuka jalan bagi Sall - yang masa jabatan keduanya akan berakhir pada bulan April - untuk tetap menjabat hingga penggantinya dilantik, kemungkinan pada tahun 2025.

Pihak oposisi Senegal mengecam langkah tersebut sebagai "kudeta konstitusional" dan mencurigai hal ini sebagai bagian dari rencana kubu presiden untuk memperpanjang masa jabatan Sall, meskipun Sall telah menegaskan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi.

Sall, yang telah berkuasa sejak 2012, kini sedang mencari jalan keluar dari kekacauan ini.

Media telah melaporkan kemungkinan dialog baru dengan pihak oposisi, termasuk tokoh anti-kemapanan Ousmane Sonko, yang telah berjuang melawan negara selama lebih dari dua tahun sebelum dipenjara tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com