ISLAMABAD, KOMPAS.com - Hasil awal pemungutan suara atau pemilu Pakistan, mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif unggul pada Jumat (9/2/2024).
Sebelumnya, penghitungan suara terhambat karena ada penundaan yang tidak biasa, yakni penangguhan layanan telepon seluler.
Dikutip dari Reuters pada Jumat (9/2/2024), saat pukul 06.00 waktu setempat, Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP) telah mengumumkan 47 hasil untuk 265 kursi yang diperebutkan di Majelis Nasional.
Baca juga: Di Pemilu Pakistan Hari Ini, 5 Orang Tewas Akibat Serangan Militan
Dengan Liga Muslim Pakistan (Nawaz) yang dipimpin Sharif memenangkan 17 dan pendukung mantan Perdana Menteri Imran Khan yang dipenjara meraih 14 kursi.
Ada 12 kursi diambil oleh Partai Rakyat Pakistan yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari, putra Perdana Menteri Benazir Bhutto yang dibunuh. Sisanya dimenangkan oleh partai-partai kecil atau independen non-blok.
Khan dipenjara dan partainya di Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) dilarang mengikuti pemilu hari Kamis, sehingga para pendukungnya mengajukan diri sebagai calon independen.
Para analis memperkirakan tidak akan ada pemenang yang jelas dalam pemilu ini. Hal ini menambah kesengsaraan negara yang sedang berjuang untuk pulih dari krisis ekonomi.
Sementara negara tersebut bergulat dengan meningkatnya kekerasan militan dalam lingkungan politik yang sangat terpolarisasi.
Baca juga: Ledakan Dekat Kantor Kandidat Pemilu Pakistan, 26 Orang Tewas
Hanya sedikit hasil yang diumumkan dalam waktu 18 jam setelah pemungutan suara ditutup, hal ini tidak biasa terjadi pada pemilu di Pakistan. Indeks saham Karachi dan obligasi negara Pakistan turun karena ketidakpastian.
"Masalah internet adalah alasan di balik penundaan tersebut," kata Zafar Iqbal, sekretaris khusus di ECP, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pemerintah mengatakan mereka menghentikan layanan telepon seluler menjelang pemilu pada hari Kamis sebagai tindakan pengamanan, dan sebagian layanan tersebut sedang dipulihkan.
Diketahui, pertarungan utama diperkirakan akan terjadi antara kandidat yang didukung oleh Khan, yang PTI-nya memenangkan pemilu nasional terakhir, dan PML-N yang dipimpin Sharif.
Khan yakin militer yang kuat berada di balik tindakan keras untuk memburu partainya, sementara para analis dan penentangnya mengatakan Sharif didukung oleh para jenderal.
Militer telah mendominasi negara bersenjata nuklir ini baik secara langsung maupun tidak langsung dalam 76 tahun kemerdekaannya.
Namun selama beberapa tahun militer menegaskan bahwa mereka tidak ikut campur dalam politik.
Baca juga: Jelang Pemilu Pakistan, Militan Serbu Kantor Polisi, 10 Orang Tewas
Sharif yang dianggap oleh banyak pengamat sebagai kandidat kuat, menampik pembicaraan mengenai hasil yang tidak jelas.
"Jangan bicara tentang pemerintahan koalisi. Sangat penting bagi pemerintah untuk mendapatkan mayoritas yang jelas. Pemerintah tidak boleh bergantung pada pihak lain," katanya kepada wartawan pada Kamis (8/2/2024) setelah memberikan suaranya di kota Lahore di bagian timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.