Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Tenggelam di Libya, 61 Migran Tewas

Kompas.com - 17/12/2023, 06:41 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

TRIPOLI, KOMPAS.com - Sedikitnya 61 migran hilang dan diperkirakan tewas setelah kapal mereka tenggelam di lepas pantai Libya.

Hal itu diungkap Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Sabtu (16/12/2023).

“Sejumlah besar migran diyakini tewas akibat gelombang tinggi yang menenggelamkan kapal mereka setelah berangkat dari Zuwara, di pantai barat laut Libya," kata Kantor IOM di Libya dalam sebuah pernyataan kepada AFP.

Baca juga: Kapal Tenggelam di Madagaskar, 22 Migran Tewas

Mengutip para penyintas, disebutkan ada sekitar 86 migran di dalamnya.

Libya dan Tunisia adalah titik keberangkatan utama bagi para migran yang mempertaruhkan perjalanan laut berbahaya dengan harapan mencapai Eropa melalui Italia.

Dalam insiden terbaru ini, sebagian besar korban, termasuk perempuan dan anak-anak, berasal dari Nigeria, Gambia, dan negara-negara Afrika lainnya.

IOM menambahkan bahwa 25 orang berhasil diselamatkan dan dipindahkan ke pusat penahanan Libya.

"Tim kami memberikan dukungan medis dan semua korban selamat berada dalam kondisi baik," kata kantor IOM.

Juru bicara IOM, Flavio Di Giacomo, menulis di X, bahwa lebih dari 2.250 orang meninggal tahun ini di jalur migran Mediterania tengah.

"Ini adalah angka dramatis yang menunjukkan bahwa sayangnya tidak banyak upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa di laut," ucapnya.

Adriana, sebuah kapal nelayan yang memuat 750 orang dalam perjalanan dari Libya ke Italia, tenggelam di perairan internasional di barat daya Yunani pada 14 Juni lalu.

Baca juga: Pria Irak Selundupkan Manusia dari Indonesia ke Australia, 353 Meninggal saat Kapal Tenggelam

Menurut para penyintas, kapal tersebut sebagian besar membawa warga Suriah, Pakistan, dan Mesir. Hanya 104 orang yang selamat dan 82 jenazah yang berhasil ditemukan.

Lebih dari 153.000 migran tiba di Italia tahun ini dari Tunisia dan Libya, menurut badan pengungsi PBB.

Perdana Menteri sayap kanan Italia Giorgia Meloni memenangkan pemilu tahun lalu setelah bersumpah untuk menghentikan migrasi ilegal.

Kekerasan yang terjadi selama lebih dari satu dekade di Libya telah mengubah negara tersebut menjadi lahan subur bagi penyelundup manusia yang dituduh melakukan pelanggaran mulai dari pemerasan hingga perbudakan.

Kekerasan itu berkembang sejak penggulingan dan pembunuhan diktator Moamer Kadhafi dalam pemberontakan yang didukung NATO.

Baca juga: 8 Siswa Tewas akibat Kapal Tenggelam di Sungai Mekong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Global
Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Global
Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Global
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Global
Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Global
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com