BEIJING, KOMPAS.com - Sejumlah negara telah melaporkan temuan kenaikan kasus pneumonia pada anak yang terjadi seiring penyakit ini merebak di China.
"Negeri Tirai Bambu" sebelumnya menemukan sekitar 7.000 pasien anak dirawat setiap hari sejak pertengahan Oktober 2023.
Pada pertengahan November lalu, temuan ini berkembang menjadi laporan kasus pneumonia misterius yang menyerang anak-anak.
Baca juga: Ini Klaim China soal Penyebab Lonjakan Penyakit Pernapasan yang Jadi Sorotan Dunia
Sebagai akibat, rumah sakit di China dilaporkan sampai kewalahan menangani kasus penyakit pernapasan tersebut.
Berdasarkan perhitungan Kompas.com, sedikitnya sudah ada delapan negara yang melaporkan temuan kasus pneumonia misterius hingga awal Desember 2023.
Di antaranya, yakni:
Di China, otoritas kesehatan mengatakan bahwa mereka mendeteksi adanya patogen yang sudah diketahui sebagai penyebab penyakit pernapasan itu, bukan virus baru.
Para dokter serta peneliti kesehatan masyarakat mengatakan tidak ada bukti yang menimbulkan kekhawatiran internasional.
Meski demikian, ada beberapa negara di Eropa yang kemudian melaporkan adanya kasus pneumonia misterius.
Baca juga: Wabah Pernapasan Kian Melonjak di China, Haruskah Dunia Khawatir?
Para pejabat kesehatan dunia terus memantau situasi di China.
Sebab, kasus-kasus terus bermunculan dan melonjak di tempat lain di dunia.
Sebagaimana diberitakan Straight Arrow News (SAN), sejumlah negara, seperti Denmark, Swedia, Swiss, dan Belanda baru-baru ini juga dilanda wabah serupa.
Pejabat kesehatan Denmark sudah mengatakan bahwa wabah ini telah mencapai “tingkat epidemi”.
Para pejabat kesehatan di China dan Eropa mengatakan bahwa kurangnya paparan terhadap penyakit pernapasan selama masa lockdown di era Covid-19 yang membuat anak-anak lebih rentan terhadap ancaman seperti ini.
Sementara itu, WHO menyampaikan, kasus-kasus pneumonia ini tidak menyerupai patogen baru apa pun, meskipun mereka terus menekan China untuk meminta lebih banyak data dan informasi.