BEIJING, KOMPAS.com - Kasus pneumonia pada anak juga muncul di Eropa ketika China menghadapi wabah pernapasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.
Dikutip dari Independent pada Minggu (3/12/2023), Belanda dan Denmark melaporkan lonjakan kasus, sedangkan India, Taiwan, dan Vietnam mulai mengambil tindakan pencegahan.
Kementerian Kesehatan China mengatakan, kasus pneumonia pada anak ini disebabkan berbagai patogen yang sudah diketahui dan bukan virus baru.
Baca juga: Penyakit Mirip Influenza Menyebar di China Utara, WHO Minta Banyak Data
Ada peningkatan kasus terkait virus-virus seperti influenza, rhinovirus, virus pernapasan syncytial atau RSV, adenovirus, serta bakteri seperti mycoplasma pneumoniae, kata Kemenkes China.
Kementerian itu menambahkan, wabah ini mungkin terkait dengan mycoplasma pneumoniae yang juga dikenal sebagai “pneumonia berjalan”, yaitu infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak dan menyebar sejak Mei 2023.
Gejala pneumonia berjalan meliputi:
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan permintaan resmi untuk data penyakit pernapasan dan melaporkan kasus pneumonia pada anak setelah kasus di China meningkat.
Baca juga: Wabah Pernapasan Kian Melonjak di China, Haruskah Dunia Khawatir?
Di Belanda, jumlah anak usia 5-14 tahun yang menderita penyakit ini bertambah menjadi 130 per 100.000 anak dalam sepekan sampai 26 November 2023.
Saat memuncak tahun lalu, kasus terbanyaknya adalah 58 per 100.000 anak, menurut laporan Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL).
Dokter juga melihat lebih banyak kasus pneumonia pada kelompok anak muda berusia 15-24 tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada minggu ke-47 tahun 2023, jumlahnya meningkat jadi 38 per 100.000.
Namun, tidak diketahui apakah peningkatan kasus pneumonia di China ada hubungannya dengan lonjakan di "Negeri Kincir Angin".
Sementara itu, Statens Serum Institut (SSI) Denmark juga melaporkan peningkatan jumlah pasien pneumonia.
Kasusnya meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam lima minggu dari 168 menjadi 541.
Peneliti senior di SSI yaitu Hanne-Dorthe Emborg mengatakan, "Dalam lima minggu terakhir, jumlah kasus baru meningkat secara signifikan, dan kami sekarang melihat lebih banyak kasus dari biasanya, dan terdapat infeksi yang meluas di seluruh negeri”.
Baca juga: Ini Klaim China soal Penyebab Lonjakan Penyakit Pernapasan yang Jadi Sorotan Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.