Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Israel Pakai Bintang Kuning di Rapat DK PBB, Apa Tujuannya?

Kompas.com - 31/10/2023, 08:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, memasang bintang kuning di dadanya ketika ia berpidato di Dewan Keamanan PBB pada Senin (30/10/2023).

Dia kemudian secara provokatif berjanji untuk terus memakai lencana tersebut sampai anggota badan tersebut mengutuk Hamas.

"Beberapa dari Anda tidak belajar apa pun dalam 80 tahun terakhir. Beberapa dari Anda lupa mengapa badan ini dibentuk," kata Gilad Erdan.

Baca juga: 6 Poin Perkembangan Terkini Perang Hamas-Israel

Dia mengecam Dewan Keamanan karena dirasa "tetap diam" atas serangan mematikan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok Hamas Palestina terhadap Israel pada 7 Oktober.

Dewan yang beranggotakan 15 negara itu memang belum mengadopsi satu pun resolusi atas perang yang telah berlangsung selama tiga minggu antara Israel dan Hamas.

“Jadi, saya akan mengingatkan Anda. Mulai hari ini, setiap kali Anda melihat saya, Anda akan ingat apa artinya berdiam diri saat menghadapi kejahatan,” kata Erdan, sebagaimana dikutip dari AFP.

“Sama seperti kakek-nenek saya, dan kakek-nenek dari jutaan orang Yahudi, mulai sekarang saya dan tim saya akan memakai bintang kuning,” katanya, sambil berdiri dan menyematkan bintang kuning di bagian dada jasnya yang bertuliskan "Never Again".

Pada masa lalu, lencana bintang kuning digunakan orang Yahudi setelah ada paksaan dari Nazi.

Namun, Erdan menyampaikan akan memakainya sebagai simbol kebanggaan.

“Kami akan memakai bintang ini sampai Anda bangun dan mengutuk kekejaman Hamas,” jelas dia.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan 7 Oktober itu sebagai yang terburuk terhadap orang-orang Yahudi sejak Holocaust.

Baca juga: PM Israel Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Bersumpah Terus Bertempur Sampai Menang

Selama berminggu-minggu Dewan Keamanan PBB dilanda perpecahan mengenai perang dan dampaknya, menolak empat rancangan resolusi mengenai konflik tersebut.

Beberapa teks diblokir oleh Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, karena tidak menyebutkan hak Israel untuk membela diri.

Pernyataan lain yang disampaikan oleh Amerika dihalangi oleh Rusia dan China khususnya karena mereka tidak secara jelas menyerukan gencatan senjata.

Mengingat kebuntuan tersebut, Majelis Umum PBB pada Jumat (27/10/2023) lalu mengadopsi resolusi tidak mengikat yang meminta “gencatan senjata kemanusiaan segera”, namun tidak menyebut Hamas.

Israel, melalui Erdan, mengecam teks tersebut, dengan mengatakan bahwa teks itu akan dianggap sebagai penghinaan.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan pada Senin, beberapa pembicara, selain mengecam serangan Hamas, juga menyoroti harga yang harus dibayar oleh penduduk Gaza, di mana para pejabat kesehatan mengatakan bahwa lebih dari 8.300 orang telah terbunuh di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas.

Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, atau UNRWA, mengatakan pengepungan Gaza merupakan hukuman kolektif terhadap penduduknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com