Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

"Estate" Ke-5 "Think Tank" dan Daya Saing Bangsa

Kompas.com - 20/02/2023, 10:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"KUNCI meraih cita-cita bangsa dan negara ialah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)." Begitu cuplikan kalimat pembuka percakapan arsitek modernisasi Tiongkok, Deng Xiaoping (22 Agustus 1904 – 19 Februari 1997), dengan dua rekannya di Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok di Beijing (Tiongkok), pada 24 Mei 1977.

Jelang akhir 1970-an itu, menurut Deng Xiaoping, tahap kemajuan Tiongkok kira-kira tertinggal 20 tahun dari negara-negara maju di bidang iptek. Deng menyebut Amerika Serikat (AS) dengan sumber daya manusia (SDM) 1.200.000 peneliti, Uni Soviet dengan 900.000 SDM peneliti, dan Tiongkok hanya memiliki 200.000 peneliti yang usia tua, lemah, sakit, dan cacat.

Maka Deng merilis strategi: “Respect knowledge, respect trained personnel!” Perhatikan dan perhitungkan iptek dan SDM terlatih-terdidik.

Deng menyebut contoh keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang pada abad 19 M. Cita-cita Jepang tercapai: “Makmurkan rakyat, perkuat angkatan bersenjata” (fukoku kyohei). Deng belajar apa dari strategi iptek Jepang? Syarat politik kemajuan iptek ialah cinta tanah air.

Baca juga: Think Tank Indonesia Raih Peringkat Kedua Se-Asia Pasific, Lakukan Inovasi di Tengah Pandemi dan Distorsi Informasi

Riset Lincicome (1993:146) menemukan bahwa sistem dan program pendidikan Jepang sejak era Restorasi Meiji meletakan fondasi kokoh karakter patriotik SDM. Slogan pendidikan Jepang masa itu ialah cerdaskan kehidupan bangsa (Bunmei kaika).

Restorasi Meiji (Meiji Ishin) Jepang memadukan model pendidikan AS dan Jerman ke dalam satu model tsugiki pendidikan. Proses pendidikan berkenaan dengan suatu bernyawa; tsugiki adalah konsep paduan dua pohon menjadi satu pohon guna meraih kualitas pohon terbaik (Ken Kempner, et al., 1999).

Misalnya, Jepang mengimpor produk teknologi atau barang kapital dari Eropa. Kemudian pemerintah melatih rakyat Jepang mengembangkan inovasi dan adaptasi teknologi Eropa. Hasilnya, Jepang mengadaptasi teknologi jam asal Swiss, motor asal Inggris, mobil asal Jerman dan AS, dan instrumen-instrumen musik asal Prancis.

Bahkan kultur memproduksi anggur Prancis juga dipelajari orang-orang Jepang. Maka seluruh industri dan teknologi tekstil, jam, motor, musik, dan mobil, dan lain-lain di Jepang hingga awal abad 21, berbasis strategi SDM bidang iptek dan reformasi pendidikan.

Deng Xiaoping dan kini Sekjen Partai Komunis dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berhasil meniru strategi iptek Jepang. September 2020, American Academy of Arts and Sciences (AAAS) merilis laporan kemajuan iptek Tiongkok.

Tiongkok merebut posisi teratas dan mengalahkan AS di bidang publikasi jurnal ilmiah, peneliti, dan ahli. Tahun 1999-2015, Tiongkok menurunkan angka kemiskinan (< 1,90 dollar AS/hari) dari 40,3 persen ke level 0,5 persen total penduduk (Kannarkat et al., 2021). Awal abad 21, Tiongkok dan AS, menurut PricewaterhouseCoopers (2015) adalah pusat gravitasi ekonomi dunia.

Daya-Saing Negara-Bangsa

Daya-saing tiap negara pasca Perang Dunia II, papar Joseph S Nye, Jr (2004: 11,31), bukan lagi hard power, tetapi modal soft power. “The Cold War is over and Americans are trying to understand their place in a world without a defining Soviet threat.” Perang Dingin berakhir dan Uni Soviet bukan ancaman bagi AS. Begitu pengantar artikel Joseph S Nye di jurnal Foreign Policy tahun 1990, tepat setahun jelang bubarnya Uni Soviet.

Uni Soviet kehilangan status negara adidaya jelang akhir abad 20. Karena revolusi iptek, basis kekuatan utama suatu negara berubah. Bukan lagi jumlah penduduk, wilayah, skala ekonomi, sumber alam, kekuatan militer dan stabilitas politik seperti era Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Dingin, tetapi terutama faktor nilai kultur, teknologi dan pendidikan. Jepang adalah modelnya (Nye, 1999:155-156).

Hingga tahun 2020, Tiongkok merencanakan dan menyetujui 50-100 think tank baru yang harus mendapat pengakuan dari Partai Komunis Tiongkok (Hayward, 2018:28). Sebab Deng Xiaoping menyebut tiga syarat SDM iptek yang harus diakui dan diperhatikan secara politik ialah cinta tanah air, ideologi sosialisme, dan loyal-setia pada kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok.

Misi khusus think tank ‘tipe-baru’ Tiongkok ialah memperkuat soft power Tiongkok (Xinhua, 27/10/2014).

Tiongkok membentuk Scientific and Technical Information System (STIS) pada National Science and Technology Commission tahun 1956 (Miao, 1993). STIS menyediakan intelijen sains, riset, teknologi, proyek, dan rencana strategis Tiongkok. Tahun 2000, STIS mempekerjakan 80.000 karyawan di sel-sel dan situs-situs informasi di seluruh Tiongkok.

Baca juga: CSR ,Think Tank, dan Keputusan Strategis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com