Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Rusia Normal Lagi, Ekonominya Mulai Tumbuh

Kompas.com - 04/02/2023, 23:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Rob Garver/VOA Indonesia

MOSKWA, KOMPAS.com - Setelah perjuangan berat melewati sebagian besar tahun 2022 di bawah sanksi internasional yang ketat, ekonomi Rusia mulai pulih dalam beberapa bulan terakhir, karena para importir menemukan "cara-cara baru" untuk mengimpor barang-barang konsumsi dan produk lainnya ke negara tersebut.

Laporan Dana Moneter Internasional yang dikeluarkan minggu ini mengatakan ekonomi Rusia kemungkinan akan tumbuh sebesar 0,3 persen pada tahun 2023, dan bukannya menyusut sebesar 2,3 persen seperti yang diproyeksikan sebelumnya.

Amerika Serikat dan sekutunya bereaksi terhadap invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 dengan menerapkan sanksi-sanksi yang keras dan pembatasan ekspor Rusia, yang diharapkan akan meruntuhkan ekonomi negara itu.

Baca juga: Mantan Presiden Rusia: Jika AS Terus Pasok Senjata, Seluruh Ukraina akan Terbakar

Selain itu, banyak bisnis internasional mengurangi penjualan produk-produk mereka ke Rusia secara tajam, sementara beberapa perusahaan bahkan sepenuhnya berhenti beroperasi di sana.

Penelitian baru menunjukkan bahwa rute pasokan alternatif dan kemampuan untuk mengganti barang-barang yang dibuat di negara-negara yang bersahabat dengan Rusia, seperti China, untuk alternatif produk-produk Barat, telah mengembalikan impor Rusia ke tingkat sebelum perang.

Tujuan utama sanksi Barat

Sanksi Barat terhadap Rusia ditujukan terutama pada militer Rusia dan dimaksudkan untuk mempersulit Kremlin dalam mengakses pasokan dan peralatan, terutama teknologi canggih seperti mikroprosesor, yang diperlukan oleh militer Rusia dalam perang di Ukraina.

"Sanksi Rusia tidak komprehensif,” kata Jeffrey J Schott, peneliti senior di Institut Ekonomi Internasional "Peterson" kepada VOA.

“Mereka dirancang untuk merusak kemampuan militer Rusia dan mempersulit rezim Rusia untuk melanjutkan upaya militernya, baik karena kurangnya sumber daya dari waktu ke waktu, maupun karena meningkatnya ketidakpuasan sipil.”

Namun, Rusia telah diizinkan untuk terus menjual banyak barang ekspor utamanya ke pasar global, termasuk minyak, gas, batu bara, pupuk, uranium, dan makanan, sehingga menyediakan uang tunai bagi Moskwa untuk mendanai impor yang diperlukan.

Baca juga: China: Rasa Saling Percaya dengan Rusia Kian Meningkat

Mengukur efektivitas sanksi

Bryan Early, profesor ilmu politik di State University of New York di Albany, mengatakan kepada VOA bahwa meskipun beberapa produk yang terkena sanksi berhasil masuk ke Rusia, tapi sanksi tersebut tampaknya tetap efektif karena mempersulit Rusia dan mereka harus membayar mahal untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan Kremlin untuk melanjutkan perang di Ukraina.

"Sanksi (apapun) tidak akan pernah sempurna," katanya.

“Dasar pertimbangan Anda bukanlah, 'Apakah mereka mengganggu segalanya?' Ini, 'Jika sanksi tidak diberlakukan, seberapa mudah transaksi ini terjadi? Dan seberapa murah hal itu akan terjadi? Dan seberapa andal sebenarnya jaringan perdagangan tersebut?”

Mengacu pada laporan intelijen AS tahun lalu yang mengatakan bahwa Rusia telah mendaur-ulang microchip dari peralatan-peralatan rumah tangga untuk digunakan dalam peralatan militernya.

“Jika salah satu cara pemerintah Rusia menghindari sanksi multilateral terhadap semikonduktor adalah dengan mengimpor mesin cuci tambahan melalui pihak ketiga, seperti Georgia, untuk digunakan dalam produk militer mereka, ya, itu tanda bahwa sanksi sedang dihindari,” tukasnya.

“Tapi itu juga pertanda bahwa sanksi tersebut bekerja sangat, sangat baik, jika militer terbesar kedua di dunia harus mengimpor semikonduktor dari mesin cuci melalui negara tetangganya yang kecil,” pungkasnya.

Baca juga: G7 dan Eropa Sepakat Batasi Harga Solar Rusia

Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul Impor Rusia Kembali Normal, sementara Ekonominya Mulai Tumbuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com