Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Bayaran Grup Wagner: Dituduh Penjahat Perang, tapi Dianggap Pahlawan oleh Rusia

Kompas.com - 02/02/2023, 22:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun kelompok tentara bayaran Rusia Wagner -didirikan oleh pengusaha Yevgeny Prigozhin- menjauh dari pusat perhatian dan elite penguasa selalu menyangkal keberadaannya.

Namun, selama invasi Rusia ke Ukraina, Wagner mulai memainkan peran yang semakin signifikan di medan perang.

Beberapa anggotanya, termasuk para mantan narapidana, telah dianugerahi medali tertinggi Rusia.

Baca juga: Makin Beringas, Grup Militer Wagner Terus Digempur Sanksi AS

Di pengujung tahun 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke wilayah selatan negara itu untuk memberikan medali tertinggi negara kepada petugas dan tentara yang telah bertempur di Ukraina.

Satu di antara mereka adalah seorang pemuda berjanggut yang mengenakan seragam militer, tetapi pakaiannya berbeda dengan anggota kelompok lainnya.

Seragam itu adalah jenis yang dikenakan oleh tentara bayaran Rusia.

Baca juga: Desertir Tentara Bayaran Grup Wagner Rusia Ditangkap di Norwegia

Satu dari 40.000 orang

Para pengunjung mengenakan seragam kamuflase militer berpose di pintu masuk Wagner Centre milik Grup Wagner dalam pembukaan resmi di St Petersburg, Rusia, Jumat (4/11/2022).AP PHOTO/DMITRI LOVETSKY Para pengunjung mengenakan seragam kamuflase militer berpose di pintu masuk Wagner Centre milik Grup Wagner dalam pembukaan resmi di St Petersburg, Rusia, Jumat (4/11/2022).

Pemuda itu diidentifikasi sebagai Aik Gasparyan, penggemar berat seni bela diri, yang ditangkap polisi pada Oktober 2019 karena merampok sebuah kafe di Moskwa dan divonis tujuh tahun penjara.

Namun, Desember lalu, sebuah video tersebar di jejaring media sosial Telegram yang terkait Grup Wagner.

Dalam video itu, Gasparyan mengatakan bahwa dirinya telah meninggalkan penjara di kota Ryazan dan berperang di Ukraina.

Gasparyan adalah salah satu dari 40.000 mantan narapidana Rusia yang diperkirakan Amerika Serikat ditugaskan berperang di Ukraina.

Mereka berperang bersama 10.000 pasukan reguler dari kelompok tentara bayaran Wagner.

Baca juga: Grup Wagner Akan Kirim 20 Truk Mayat Tentara Ukraina yang Terbunuh di Soledar

Penilaian ini, kata Washington Post, selaras dengan data yang dikumpulkan oleh kelompok hak asasi Russia Behind Bars, yang melacak keterlibatan para tahanan dalam perang.

Pendiri kelompok Wagner, Yevgeny Prigozhin, telah mengunjungi penjara-penjara di Rusia untuk melakukan perekrutan, musim panas lalu.

Prigozhin berjanji akan membersihkan catatan kriminal kepada para narapidana yang bergabung dengan organisasinya dan berperang untuk Rusia di Ukraina.

Belakangan terungkap bahwa orang-orang ini dikirim ke tempat paling berbahaya di garis depan dan banyak yang terbunuh.

Tentara Ukraina mengatakan, mereka mengamati para narapidana dari kelompok Wagner digunakan sebagai "umpan meriam" dan sebagian besar dari mereka telah tewas.

Baca juga: AS Tetapkan Grup Wagner di Rusia sebagai Organisasi Kriminal Transnasional

Gaji tinggi dan janji petualangan

Pada pertengahan Januari, di Karelia, Yevgeny Prigozhin mengucapkan selamat tinggal kepada sekelompok mantan narapidana yang telah melalui pertempuran di Ukraina dan kembali ke Rusia.BBC INDONESIA Pada pertengahan Januari, di Karelia, Yevgeny Prigozhin mengucapkan selamat tinggal kepada sekelompok mantan narapidana yang telah melalui pertempuran di Ukraina dan kembali ke Rusia.

Kelompok Wagner tidak selalu mengandalkan narapidana untuk mengisi barisannya.

Didirikan pada 2014 dan menjadi semakin aktif pada 2015-2016, organisasi tentara bayaran itu dibentuk untuk membantu gerakan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina.

Operasi Wagner dengan cepat meluas ke luar wilayah Eropa Timur.

Tentara bayaran itu terlihat di Sudan, Suriah, Libya, dan lebih jauh lagi di seluruh benua Afrika.

Nilai jual dan daya tarik utama bagi calon rekrutan adalah bayaran tinggi dan janji petualangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com