Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motif Penembakan Paris Terungkap, Tersangka Punya Kebencian Terhadap Orang Asing

Kompas.com - 26/12/2022, 19:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

PARIS, KOMPAS.com - Tersangka penembakan Paris yang ditahan atas pembunuhan tiga orang Kurdi di Ibu Kota Perancis pekan lalu mengaku memiliki kebencian "patologis" terhadap orang asing, kata jaksa kota pada Minggu (25/12/2022).

Pria berusia 69 tahun itu ditangkap pada Jumat (23/12/2022) setelah menembak mati dua pria dan seorang wanita di pusat budaya Kurdi dan kafe Kurdi terdekat di distrik 10 Paris.

Presiden Perancis Emmanuel Macron menggambarkan insiden itu sebagai serangan "keji". pada Kurdi Perancis.

Baca juga: UPDATE Penembakan Paris: 3 Orang Kurdi Tewas, Kerusuhan Pecah

Pembunuhan itu mengejutkan Perancis dan mengejutkan komunitas Kurdi, yang bersiap untuk memperingati 10 tahun pembunuhan tiga aktivis pada 2013, yang hingga kini belum terpecahkan.

Ribuan orang turun ke jalan di seluruh Perancis dalam protes akhir pekan ini untuk mengeluh tentang kurangnya keamanan.

Pengunjuk rasa mengklaim bahwa Layanan keamanan Perancis tidak berbuat banyak untuk mencegah penembakan itu.

Protes di Paris setelah insiden itu kemudian pecah menjadi bentrokan antara beberapa demonstran dan polisi.

Selama interogasi, Tersangka mengaku merasakan "kebencian terhadap orang asing yang menjadi sangat patologis" sejak perampokan di rumahnya pada 2016, kata jaksa penuntut Laure Beccuau, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Guardian.

Baca juga: Penembakan di Pusat Kota Paris, 2 Tewas, 4 Luka-luka

Lebih lanjut menurut jaksa penuntut, tersangka ingin membunuh migran atau orang asing non-Eropa sejak saat itu.

Pria itu menggambarkan dirinya mengalami "depresi" dan memiliki kecenderungan "bunuh diri."

“Dia menceritakan telah merencanakan untuk bunuh diri dengan peluru terakhir setelah serangannya,” kata jaksa penuntut.

Kepada penyelidik, tersangka mengatakan percobaan pertamanya dilakukan ketika melakukan perjalanan ke kota Saint-Denis di utara Paris.

Dengan bersenjatakan pistol, dia berjalan mencari orang asing untuk "membunuh."

Tapi kemudian, dia menyerah pada ide itu karena hanya ada sedikit orang dan pakaiannya membuat sulit untuk mengisi ulang senjatanya.

Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Rue d'Enghien di pusat pemerintahan Paris, karena dia tahu ada pusat kebudayaan Kurdi di sana.

Baca juga: Polisi Paris Tembak Gas Air Mata ke Suporter yang Rayakan Kemenangan

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com