Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/12/2022, 14:45 WIB

DEN HAAG, KOMPAS.com - Raja Belanda Willem-Alexander pada Minggu (25/12/2022) menyambut baik permintaan maaf pemerintah negaranya atas perbudakan selama 250 tahun.

Dalam pidato Natal ia berujar, permintaan maaf itu adalah awal dari perjalanan panjang.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Senin (19/12/2022) secara resmi meminta maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan di masa kolonial, dengan menyebutnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Baca juga: Belanda Resmi Minta Maaf atas Perbudakan 250 Tahun di Masa Kolonial

"Tak seorang pun saat ini memikul tanggung jawab atas tindakan tidak manusiawi yang dilakukan terhadap nyawa pria, wanita, dan anak-anak," kata Willem-Alexander di istana Huis ten Bosch, Den Haag, dikutip dari kantor berita AFP.

“Tapi dengan jujur menghadapi masa lalu kita bersama dan mengakui kejahatan terhadap kemanusiaan yang merupakan perbudakan, kita meletakkan dasar untuk masa depan bersama--masa depan ketika kita berdiri melawan semua bentuk modern dari diskriminasi, eksploitasi dan ketidakadilan.”

"Permintaan maaf yang ditawarkan oleh pemerintah adalah awal dari perjalanan panjang," lanjut raja berusia 55 tahun tersebut.

Belanda mendanai "Zaman Keemasan" kerajaan dan budayanya pada abad ke-16 dan ke-17 dengan mengirimkan sekitar 600.000 orang Afrika dalam perdagangan budak, mayoritas ke Amerika Selatan dan Karibia.

Pemerintah Belanda mengatakan, beberapa acara peringatan besar akan diadakan mulai 2023 dan sudah mengumumkan dana 200 juta euro (Rp 3,32 triliun) untuk prakarsa sosial.

Willem-Alexander berjanji bahwa topik tersebut akan tetap menjadi perhatian keluarga kerajaan selama tahun peringatan dan mereka akan terus terlibat.

Baca juga: Belanda Minta Maaf atas 250 Tahun Perbudakan Masa Kolonial, Kenapa Baru Sekarang?

Namun, langkah Rutte bertentangan dengan keinginan beberapa organisasi peringatan perbudakan yang menginginkan permintaan maaf disampaikan pada 1 Juli 2023.

Keturunan perbudakan Belanda akan merayakan 150 tahun pembebasan dari perbudakan dalam perayaan tahunan yang disebut "Keti Koti" (Memutus Rantai) di Suriname.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin pulau Sint Maarten di Karibia dan Suriname di Amerika Selatan menyayangkan kurangnya dialog dari Belanda terkait permintaan maaf tersebut.

Beberapa bekas jajahan Belanda menuntut ganti rugi atas perbudakan dan mengkritik pemerintah "Negeri Kincir Angin" karena tidak memberikan tindakan nyata.

Baca juga: Ini Bentuk Perbudakan Belanda di Indonesia pada Masa Kolonial

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+