Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Mafia Italia Bajak Prosesi Keagamaan: Berlindung di Balik Ayat, Benarkan Aksi Bejat

Kompas.com - 23/12/2022, 16:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

ROMA, KOMPAS.com - Seorang hakim di Sisilia menjatuhkan hukuman penjara total 80 tahun kepada 39 orang karena mengalihkan prosesi keagamaan Jumat Agung ke rumah keluarga mafia dan memberi penghormatan kepada bos kejahatan yang dipenjara.

Dilansir dari Guardian, orang-orang membawa patung Yesus Kristus melalui desa San Michele Di Ganzaria di Sisilia pada Paskah tahun 2016.

Lalu sebuah kelompok menghentikan iring-iringan, memindahkannya dari rencana perjalanan yang telah disepakati dan memaksanya untuk lewat di depan rumah ayah baptis mafia Francesco La Rocca.

Baca juga: Gembong Mafia Italia Akhirnya Ditangkap di Argentina

La Rocca menjalani hukuman seumur hidup atas kejahatan terkait mafia, tetapi istrinya keluar dari rumah untuk menyambut simpatisan dan memberikan persembahan.

Wali kota dan pendeta San Michele Di Ganzaria menolak mengikuti prosesi yang jauh dari rute resminya dan mengecam mereka yang bertanggung jawab untuk mengalihkannya.

Seorang uskup agung Sisilia mengatakan dia berharap itu akan mencegah orang lain melakukan hal serupa di masa depan.

“Anda tidak boleh menyebut Tuhan atau namanya, yang tentunya tidak berpihak pada mafia, yang merupakan orang-orang yang kejam dan bengis,” kata uskup agung Catania, Luigi Renna.

Baca juga: Jaksa Anti-mafia Dibunuh saat Berbulan Madu di Pantai

Kelompok itu dihukum karena mengganggu acara keagamaan dan menghasut untuk melakukan kejahatan.

Delapan pemimpin yang jadi biang keladi menerima hukuman tiga tahun, dan yang lainnya dijatuhi hukuman antara enam bulan dan dua tahun, sembilan bulan penjara.

“Hukuman ini tentu akan membuat orang menderita, tapi saya harap penderitaan itu membuahkan hasil,” kata uskup agung itu.

Ini sama sekali bukan pertama kalinya prosesi keagamaan berhenti di luar rumah bos mafia.

Agama selalu menjadi jantung kejahatan terorganisir di Italia. Ayat-ayat suci diakomodir menjadi alibi.

Sudah menjadi kebiasaan untuk menghentikan prosesi keagamaan di luar rumah para bos untuk memberi penghormatan kepada mereka.

Banyak mafia melihat diri mereka sebagai bagian dari kelompok religius, seperti kultus, memohon bantuan orang-orang suci.

Baca juga: Karena Google Maps, Mafia yang Buron 20 Tahun Akhirnya Tertangkap

Patung-patung keagamaan sering dibuat membungkuk untuk menghormati bos mafia meskipun ada upaya pihak berwenang untuk menghentikan praktik tersebut.

Pada tahun 2014, Francesco Milito, uskup Oppido Mamertina-Palmi, di Calabria, melarang prosesi keagamaan setelah patung Perawan Maria digunakan untuk menghormati bos kejahatan terkenal.

Di awal kepausannya, Paus Fransiskus menggambarkan praktik-praktik ini sebagai “spiritualitas yang menyimpang” dan pada tahun 2020 Akademi Marian Internasional Kepausan mendirikan sebuah departemen untuk “membebaskan Maria dari mafia dan kekuatan kriminal".

Baca juga: Google Maps Bantu Polisi Tangkap Bos Mafia Italia

Pada tahun 2010 para pemimpin dari 'Ndrangheta, marah pada pejabat gereja karena mengecualikan mereka dari prosesi Paskah tahunan di Sant'Onofrio, di Calabria.

Mereka membalas dendam dengan melepaskan tembakan ke rumah sebelumnya dalam aksi penembakan dari mobil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com