Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Tunisia Diboikot Oposisi, Hanya 9 Persen Pemilih Berikan Suara

Kompas.com - 19/12/2022, 09:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

TUNIS, KOMPAS.com - Pemilihan parlemen Tunisia mencatat rekor jumlah pemilih terendah karena sebagian besar partai politik memboikot pemungutan suara, mencela pemilihan tersebut sebagai puncak dari langkah Presiden Kais Saied menuju pemerintahan satu orang.

Tahun lalu, Saied, seorang mantan profesor hukum, menggulingkan pemerintah dan menangguhkan sebagian dari konstitusi 2014, yang merupakan produk dari pemberontakan demokrasi Arab pada 2011.

Piagam tersebut seharusnya membatasi kekuasaan presiden dan memberikan ruang keterlibatan parlemen dan perdana menteri dalam pengambilan kebijakan.

Parlemen Tunisia sebelumnya dipilih dengan jumlah suara sekitar 40 persen.

Baca juga: Tunisia Naikkan Harga BBM, Lebih Mahal dari Indonesia

Akan tetapi pada 2021, Saied menutup parlemen sementara dia mengambil alih seluruh kekuasaan melalui dekrit. Oposisi mengkritik langkah-langkah itu sebagai kudeta.

Saied menyebut pemungutan suara legislatif Sabtu (17/12/2022) sebagai "hari bersejarah" sembari mendesak warga Tunisia untuk memberikan suara mereka.

“Ini adalah hari bersejarah dengan semua standar. (Tanggal pemilihan) ditentukan dan dihormati terlepas dari segala rintangan,” katanya setelah memberikan suara di TPS di ibu kota Tunis dilansir dari Al Jazeera.

Namun, kurang dari 9 persen pemilih terdaftar yang datang untuk memberikan suara mereka pada Sabtu (17/12/2022) .

Sejak pagi, orang hampir tidak bisa masuk ke TPS.

Hampir sepanjang hari, tampaknya ada lebih banyak staf dan keamanan di TPS daripada pemilih. Pengamat mengatakan angka merayap ke puluhan, paling banter.

Baca juga: Mesir, Aljazair, dan Tunisia Umumkan Idul Fitri 2022 Jatuh pada Senin 2 Mei

Pada pukul 08.05 waktu setempat di tempat pemungutan suara di pusat kota Tunis, hanya satu perempuan yang hadir untuk memberikan suara.

“Saya ingin mendukung negara saya dan mendukung presiden saya. Saya ingin negara ini maju dan menjadi lebih baik dan itulah mengapa saya memilih hari ini,” kata pemilik bisnis kecil lokal Manoubia Shagawi itu.

Ini sangat kontras dengan sekelompok wanita muda yang, ketika ditanya apakah mereka berniat untuk memilih, dengan tegas menjawab "Tidak" dan pergi.

Oumaima ben Abdullah, seorang juru kampanye dari partai Arus Demokratik kiri-tengah, mengatakan: "Boikot aktif dilakukan oleh orang-orang dari masyarakat sipil dan partai politik."

Zoubeir Daly, anggota pendiri asosiasi pemantau pemilu Tunisia, Mourakiboun, menjelaskan bahwa orang secara efektif menghindari surat suara sebagai protes diam bukannya karena sikap apatis.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com