Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Keras Rezim Iran, Keponakan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei Ditangkap

Kompas.com - 28/11/2022, 07:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

TEHERAN, KOMPAS.com – Keponakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Farideh Moradkhani, ditangkap pihak berwajib setelah meminta pemerintah asing memutus semua hubungan dengan Pemerintah Iran.

Farideh Moradkhani ditangkap pada Rabu (23/11/2022) ketika dia pergi ke kantor kejaksaan untuk memenuhi perintah pengadilan, menurut twit dari saudara laki-lakinya Mahmoud Moradkhani.

Melalui video yang dibagikan Mahmoud Moradkhani, Farideh Moradkhani meminta orang-orang di seluruh dunia untuk mendesak pemerintah mereka memutuskan hubungan dengan rezim Iran di tengah protes yang melanda negara itu.

Baca juga: Iran Akhirnya Bebaskan Pemain Sepak Bola yang Dukung Protes Anti-pemerintahan

Dia juga meminta pemerintah asing untuk menghentikan segala urusan dengan rezim Iran saat ini.

“Oh, orang-orang bebas, bersama kami dan beri tahu pemerintah Anda untuk berhenti mendukung rezim pembunuh dan pembunuh anak ini,” kata Farideh Moradkhani.

“Rezim ini tidak setia pada prinsip agama mana pun dan tidak mengenal hukum atau aturan apa pun kecuali paksaan dan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apa pun yang memungkinkan,” sambung Farideh Moradkhani.

Dia menambahkan, rakyat Iran patut dicontoh karena bermodalkan tangan kosong dan keberanian melawan kekuatan jahat.

Baca juga: Piala Dunia: Pelatih AS Pastikan Laga Hidup-Mati Lawan Iran Tidak Berbau Politik

“Pada saat ini, rakyat Iran memikul beban tanggung jawab yang berat ini sendirian dengan membayar dengan nyawa mereka,” ucap Farideh Moradkhani.

Farideh Moradkhani berujar, rakyat Iran sedang berperang dengan pemerintah asing yang mendukung rezim Iran.

Dia turut meminta negara-negara demokratis untuk menarik perwakilan mereka dari Iran dan mengusir perwakilan Iran dari negara mereka sendiri.

“Yang sangat dibutuhkan adalah tidak mendukung rezim yang membunuh ribuan orang Iran selama empat hari pada November 2019 sementara dunia hanya menonton,” tambahnya.

Baca juga: Protes Iran: Iran Tambah Pasukan di Kurdi, Sholat Jumat Diselipi Seruan Anti-Kekerasan

Farideh Moradkhani dan Mahmoud Moradkhani adalah anak dari Ali Tehrani, seorang ulama sekaligus tokoh oposisi lama yang menikah dengan saudara perempuan Ayatollah Ali Khamenei, Badri Hosseini Khamenei. Tehrani meninggal bulan lalu.

Farideh Moradkhani sebelumnya sudah pernah ditangkap pada 13 Januari saat dalam perjalanan pulang.

Setelah ditangkap, pasukan keamanan Iran dilaporkan menggeledah rumah Farideh Moradkhani dan menyita beberapa barangnya, menurut sejumlah organisasi hak asasi manusia.

Gerakan protes Iran yang sedang berlangsung awalnya dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22) dalam tahanan polisi moral Iran pada September.

Baca juga: Piala Dunia: Timnas Iran Nyanyikan Lagu Kebangsaan Usai Sempat Bungkam, Suporter Menangis

Setelah itu, gelombang protes menjalar dengan cepat dan tersebar lebih dari 150 kota dan 140 universitas di 31 provinsi di Iran, menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Kepala Volker Turk.

Turk menuturkan, lebih dari 14.000 orang, termasuk anak-anak, telah ditangkap sehubungan dengan protes tersebut.

Dia mengatakan bahwa setidaknya 21 dari mereka saat ini menghadapi hukuman mati dan enam telah menerima hukuman mati.

Baca juga: PBB Segera Selidiki Kekerasan Aparat Selama Aksi Protes Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com