Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anwar Ibrahim Perdana Menteri Malaysia, Akhir Kisah Dramatis 24 Tahun Penantiannya

Kompas.com - 24/11/2022, 16:34 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Setelah menunggu 24 tahun, Anwar Ibrahim jadi Perdana Menteri Malaysia, mewujudkan mimpi dan ambisi politiknya secara dramatis.

Berkali-kali Anwar Ibrahim hampir selangkah lagi menjadi orang nomor satu di "Negeri Jiran", tetapi langkahnya selalu terjegal.

Anwar dijadwalkan akan disumpah sebagai PM ke-10 oleh Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, Kamis (24/11/2022) pukul 17.00 waktu setempat.

Baca juga: Resmi, Anwar Ibrahim Jadi PM Baru Malaysia Setelah Menanti 24 Tahun

Dari rising star Malaysia ke penjara

Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim melambai ke media setelah bertemu dengan Raja Malaysia di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (13/10/2020). Pekan lalu, dia mengatakan bahwa akan memberikan bukti yang kuat dan meyakinkan tentang dukungan yang dimilikinya kepada Raja Malaysia dari anggota parlemen yang akan memungkinkannya untuk menggeser Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.AP Photo/Vincent Thian Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim melambai ke media setelah bertemu dengan Raja Malaysia di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (13/10/2020). Pekan lalu, dia mengatakan bahwa akan memberikan bukti yang kuat dan meyakinkan tentang dukungan yang dimilikinya kepada Raja Malaysia dari anggota parlemen yang akan memungkinkannya untuk menggeser Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Nama Anwar Ibrahim mulai menjadi perhatian di kancah politik Malaysia setelah dia terjun ke dunia politik bergabung dengan partai berkuasa Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pada 1982

Sebelumnya, dia dikenal sebagai sosok Islami yang memimpin organisasi pemuda Islam Malaysia.

Karier politiknya melesat cepat di bawah didikan mentornya, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.

Anwar Ibrahim dipercaya menduduki sejumlah jabatan kementerian strategis mulai dari pemuda, pertanian, pendidikan, hingga keuangan.

Puncaknya, Mahathir mengangkatnya sebagai Wakil Perdana Menteri dan calon suksesornya pada 1993 ketika Anwar baru berusia 46 tahun. Nama Anwar dieluk-elukan sebagai rising star pemimpin masa depan Malaysia.

Namun, berselang beberapa tahun kemudian, hubungan Anwar dan Mahathir memburuk.

Klimaks ketegangan politik terjadi ketika kedua musuh bebuyutan politik itu berselisih mengenai penanganan krisis ekonomi (krismon) yang mengguncang Asia pada 1998.

Anwar juga kerap mengkritik kronisme akut pemerintahan Mahathir. Dr M--panggilan Mahathir--lalu memecatnya pada 2 September 1998.

Baca juga: Mahathir Kalah Telak di Pemilu Malaysia, Akhir Pahit 75 Tahun Karier Politik?

Eks Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad (kanan) dan anggota oposisi parlemen, Anwar Ibrahim (kiri), berpidato saat memimpin protes menuntut pengunduran diri PM Muhyiddin Yassin di Kuala Lumpur, Senin (2/8/2021).AFP PHOTO/ARIF KARTONO Eks Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad (kanan) dan anggota oposisi parlemen, Anwar Ibrahim (kiri), berpidato saat memimpin protes menuntut pengunduran diri PM Muhyiddin Yassin di Kuala Lumpur, Senin (2/8/2021).
Dalam waktu singkat, Anwar Ibrahim menjadi pesakitan politik setelah dia dijebloskan ke penjara karena kasus sodomi, tuduhan yang selalu dibantahnya sebagai upaya untuk menghancurkan karier politiknya.

Suami Wan Azizah itu meringkuk di rumah prodeo selama enam tahun sebelum dibebaskan pada 2004.

Selama periode ini, Azizah mendirikan dan memimpin Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang kemudian menjadi kekuatan politik oposisi Malaysia melawan UMNO dan koalisi berkuasa Barisan Nasional (BN)

Dari pemimpin oposisi, ke penjara lagi, ke kursi PM

Setelah bebas, Anwar kembali ke kancah politik Malaysia. Dia menjadi pemimpin oposisi dan membawa oposisi yang terkenal lemah menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan.

Koalisi oposisi Pakatan Rakyat secara mengejutkan meraih jumlah kursi terbanyak dalam sejarah pada pemilihan umum (pemilu) 2008. Barisan Nasional untuk kali pertama kehilangan dua pertiga mayoritas kursi parlemen,

Anwar juga memimpin Pakatan Rakyat memenangi suara nasional terbanyak pada pemilu 2013, tetapi secara perolehan kursi masih kalah dari BN yang dipimpin Najib Razak.

Pelan tapi pasti, oposisi Malaysia semakin kuat. Analis politik meyakini hanya persoalan waktu Anwar akhirnya akan menduduki kursi PM.

Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar IbrahimAFP Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar Ibrahim
Akan tetapi, pada Februari 2015, ambisi Anwar kembali terhambat setelah dia dijebloskan ke penjara untuk kali kedua karena kasus sodomi terhadap salah satu staf politiknya.

Tidak sedikit yang memvonis karier politik Anwar telah tamat. Meski begitu, tanpa diduga tiga tahun kemudian koalisi oposisi multirasial Pakatan Harapan pimpinannya secara mengejutkan mengalahkan Barisan Nasional pada pemilu Mei 2018.

Skandal kasus korupsi 1MDB yang menjerat Najib menyudahi 61 tahun kekuasaan BN sebagai partai penguasa Malaysia.

Adapun Pakatan Harapan adalah koalisi oposisi pengganti Pakatan Rakyat setelah Partai Islam se-Malaysia (PAS) keluar.

Baca juga: Pemilu Malaysia Tanpa Pemenang Mayoritas, Tsunami Hijau Partai Islamis Unggul Tak Terduga

Mahathir yang mengakhiri perseteruannya dengan Anwar kembali menjadi perdana menteri untuk kali kedua, kemudian mengajukan permohonan grasi untuk Anwar yang dikabulkan oleh Raja Malaysia.

Sesuai kesepakatan politik, Mahathir berjanji akan menyerahkan jabatan PM ke Anwar setelah dua tahun berkuasa. Namun, konflik internal koalisi dan keengganan Mahathir kembali menjegal mimpi Anwar.

Koalisi Pakatan Harapan kolaps pada Februari 2020 digantikan koalisi Melayu nasionalis Perikatan Nasional pimpinan Muhyiddin Yassin. Anwar kembali menjadi pemimpin oposisi Malaysia.

Memasuki usia 75 tahun, mulai muncul suara-suara mendesak Anwar untuk pensiun. Tidak sedikit yang menilai era Anwar sudah berakhir dan dia sudah kehilangan sihir politiknya. Suara-suara ini menginginkan dia menyerahkan tongkat estafet oposisi ke generasi yang lebih muda.

Bendera dan poster kampanye Pakatan Harapan bertebaran di Kota Kinabalu, Sabah, Senin (7/11/2022) di tengah kampanye pemilihan umum (pemilu) federal parlemen Malaysia.DOKUMENTASI PRIBADI ANDREW CHIA Bendera dan poster kampanye Pakatan Harapan bertebaran di Kota Kinabalu, Sabah, Senin (7/11/2022) di tengah kampanye pemilihan umum (pemilu) federal parlemen Malaysia.
Anwar Ibrahim kemudian mematahkan suara-suara sumbang yang selalu meragukannya, Dia akan memimpin koalisi pemerintahan persatuan nasional yang terdiri dari Pakatan Harapan yang meraih kursi terbanyak pada pemilu Malaysia 2022, Barisan Nasional yang adalah musuh lama politiknya, partai regional Sabah Warisan, serta partai-partai kecil lainnya.

Koalisi ini mengantongi 116 kursi, melewati angka 112 sebagai mayoritas minimal yang diperlukan di Dewan Rakyat.

Diperkirakan kingmaker Gabungan Partai Sarawak (GPS) serta Gabungan Rakyat Sabah (GRS) juga akan bergabung yang bakal memberikan 145 dari 222 kursi atau hampir dua pertiga parlemen Malaysia. 

Penunjukan Anwar juga mengakhiri krisis politik berkepanjangan tiga tahun yang melanda Malaysia sejak kolapsnya pemerintahan Pakatan Harapan.

Anwar Ibrahim akan menjadi Perdana Menteri kelima Malaysia hanya dalam selang waktu empat tahun. 

Baca juga: Berbeda dengan Indonesia, Begini Cara Kerja dan Sistem Pemilu di Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com