Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan PM Pakistan Imran Khan Rancang Pawai Protes Besar Tuntut Percepatan Pemilu

Kompas.com - 26/10/2022, 17:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan mengatakan akan menggelar unjuk rasa dengan para pendukungnya melakukan pawai dari kota timur Lahore ke ibu kota pada Jumat (28/10/2022) untuk menuntut percepatan pemilu.

Protes yang lebih kecil oleh para pendukung Khan terjadi pekan lalu setelah pengadilan tertinggi Pakistan memutuskan Khan bersalah karena secara tidak sah menjual hadiah dari pejabat asing dan kepala negara dan mencopotnya dari kursi parlemen.

"Saya memutuskan untuk meluncurkan long march dari Jumat pukul 11.00 dari Liberty Square di Lahore ke Islamabad," kata Khan pada konferensi pers di Lahore pada Selasa (25/10/2022). Jarak antara kedua kota adalah sekitar 380 kilometer.

Baca juga: Pakistan Dihapus dari Daftar Negara Berisiko Terlibat Pendanaan Terorisme Global

“Saya berunjuk rasa untuk menekan pemerintah agar segera mengumumkan pemilihan umum,” katanya, seraya menambahkan bahwa para pendukung dan anggota partainya harus menghindari kekerasan.

“Ini akan menjadi pawai panjang terbesar dalam sejarah negara ini,” sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Pemerintah mengatakan para demonstran akan dilarang memasuki Islamabad dan mereka memperkirakan akan mengerahkan sekitar 30.000 petugas penegak hukum untuk mengepung ibu kota sebagai perlindungan.

Pihak berwenang juga mengirim ratusan kontainer ke Islamabad untuk membarikade semua titik masuk sebelum para demonstran tiba.

Sejak dicopot dari jabatannya dalam mosi tidak percaya di legislatif pada April, Khan telah mengadakan protes di seluruh negeri yang menyerukan percepatan pemilu.

Tetapi, pemerintahan baru mengatakan pemilihan umum akan diadakan sesuai jadwal pada Oktober atau November tahun depan.

Putusan minggu lalu menambah ketidakpastian politik dan ekonomi yang mengganggu Pakistan tahun ini.

Baca juga: Biden Sebut Pakistan Negara Paling Berbahaya, Dubes AS Dipanggil Islamabad

Pemain kriket berusia 70 tahun yang menjadi politisi itu dituduh menyalahgunakan jabatan perdana menteri 2018 hingga 2022, untuk membeli dan menjual hadiah milik negara yang diterima selama kunjungan ke luar negeri, yang bernilai lebih dari 140 juta rupee Pakistan (Rp 10 miliar).

Komisi Pemilihan Pakistan memutuskan bahwa Khan akan dicopot dari kursinya di parlemen, tetapi tidak memerintahkan diskualifikasi lagi dari jabatan publik, yang menurut hukum Pakistan bisa sampai lima tahun.

Ketidakstabilan politik telah memicu ketidakpastian ekonomi dengan lembaga pemeringkat internasional mempertanyakan apakah pemerintah saat ini dapat mempertahankan kebijakan ekonomi yang sulit dalam menghadapi tekanan politik dan pemilu yang akan datang.

Dalam sambutannya, Khan juga mengecam pembunuhan jurnalis Pakistan terkemuka Arshad Sharif di Kenya oleh polisi setempat, dengan mengatakan Sharif terpaksa meninggalkan negara itu karena nyawanya dalam bahaya.

Baca juga: Wujud ATM Tertinggi di Dunia yang Berada di Pegunungan Pakistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com