Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Deportasi Paksa dari Korea Selatan ke Korea Utara Mencuat, Mantan Presiden Moon Jadi Sorotan

Kompas.com - 16/07/2022, 20:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber The Sun

SEOUL, KOMPAS.com - Gambar-gambar mengkhawatirkan yang dipublikasikan Kementerian Unifikasi Korea menunjukkan dua pembelot Korea Utara diseret kembali ke perbatasan sebelum mereka diduga dieksekusi, setelah melarikan diri ke Korea Selatan.

Kedua orang nelayan itu dituduh membunuh 16 rekan kapal mereka dalam perkelahian berdarah terkait seorang kapten yang kejam, sebelum mencoba melarikan diri pada 2019.

Baca juga: Ukraina Putus Hubungan dengan Korea Utara, Ini Tanggapan Pyongyang

Mereka mencapai laut, tetapi ditahan setelah perahu mereka hanyut ke perairan Korea Selatan. Keduanya dilaporkan dideportasi hanya lima hari kemudian.

Foto-foto menunjukkan mereka berjuang untuk tetap berada di wilayah demokrasi saat tentara Korea Selatan bergulat dengan mereka di perbatasan.

Pejabat Korea Utara terlihat menunggu untuk menerima keduanya, yang mati-matian mencoba melawan untuk menunda nasib mereka, sementara aparat Kim Jong Un lainnya menunggu di kendaraan di sisi lain Zona Demiliterisasi.

The Telegraph pada Kamis (14/7/2022) melaporkan bahwa gambar-gambar mengganggu tersebut dirilis oleh Kementerian Unifikasi Seoul, dalam langkah langka yang telah memicu kemarahan di Korea Selatan.

Menurut Komite Hak Asasi Manusia di Korea Utara, ini adalah deportasi pertama sejak Gencatan Senjata Perang Korea 1953.

Kedua nelayan itu dilaporkan dieksekusi karena pengkhianatan di tanah air mereka minggu ini, meskipun hal ini belum dikonfirmasi secara independen sebagaimana dilansir The Sun pada Jumat (15/7/2022).

Baca juga: Korea Utara Akui Kemerdekaan Wilayah Separatis, Ukraina Langsung Putuskan Hubungan

Motif politik

Kematian mereka telah menghidupkan kembali kasus 2019 yang menggemparkan ini. Deportasi mereka dicap sebagai "kejahatan barbar terhadap kemanusiaan."

Kantor kepresidenan Korea Selatan mengutuk pemulangan itu, dan menyalahkan mantan pemimpin Korea Selatan sebelumnya, Moon Jae-in.

Pada saat itu, mantan presiden mencap orang-orang itu sebagai "penjahat berbahaya yang akan mengancam keselamatan warga Korea Selatan."

Menurut kelompok hak asasi manusia, pengusiran itu juga bermotif politik, karena Moon ingin melakukan pembicaraan damai dengan Kim Jong-un.

Orang-orang itu tidak akan pernah menerima pengadilan yang adil atas dugaan pembunuhan itu, tambah mereka.

Pembelot lain, yang selamat dari konsekuensi, menceritakan bagaimana mereka disiksa dan dibuang. Kini mereka hidup dalam ketakutan, karena tetap berada di "daftar target" Kim Jong Un.

Gambar-gambar yang mengganggu menunjukkan tentara menyeret orang-orang itu kembali ke Korea Utara.KEMENTRIAN UNIFIKASI KOREA via THE SUN Gambar-gambar yang mengganggu menunjukkan tentara menyeret orang-orang itu kembali ke Korea Utara.

Baca juga: Korsel: Korea Utara Diduga Tembakkan Beberapa Peluncur Roket

Penyelidikan kembali dibuka

Ribuan pengungsi telah diklaim diam-diam tinggal di Inggris dan AS setelah melarikan diri dari rezim brutal Korea Utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com