Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Sri Lanka Susah Makan Saat Sang Presiden Kabur ke Luar Negeri...

Kompas.com - 13/07/2022, 13:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Sky News

COLOMBO, KOMPAS.com – Sri Lanka bangkrut dan warganya menderita.

Beberapa penduduk Sri Lanka bahkan kesulitan untuk bisa makan ketika negara itu mengalami krisis ekonomi terburuk dalam sejarah.

Salah satu warga Sri Lanka, Wijesinaha Sanjeewa, mengaku kehidupannya kini sangat buruk.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Kabur ke Maladewa dengan Pesawat Militer

Dia tak punya uang dan hanya bisa makan sekali sehari, termasuk anak-anaknya.

“Saya punya dua anak. Kadang kami makan sekali sehari. Kadang dua kali. Ini hidup saya,” kata pria yang sehari-hari bekerja menjadi sopir itu, dilansir dari Sky News, Rabu (13/7/2022).

Tanpa adanya stok bahan bakar minyak (BBM) di Sri Lanka, para sopir tidak bisa bekerja dan mencari uang. Dengan begitu, keluarga mereka pun menjadi kelaparan.

Para penduduk Sri Lanka bahkan kini tak bisa memikirkan masa depan ketika sepanjang hari dihabiskan untuk mencoba mengalahkan tantangan yang tidak dapat diatasi.

Makanan gratis

Di tengah situasi sulit di Sri Lanka, ada kelompok masyarakat yang peduli membagikan makanan gratis kepada warga.

Salah satunya bisa ditemui di Ibu Kota Colombo.

Dengan membuat dapur umum di jalan-jalan seputaran Colombo, Sky News memberitakan, para sukarelawan dari Yayasan Voice for Voiceless sanggup menyiapkan 250 makanan setiap hari.

Ratusan makanan itu dibagikan kepada orang-orang yang berjuang untuk bertahan hidup dari krisis ekonomi terburuk di Sri Lanka sejak memperoleh kemerdekaan pada 1948.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Kabur, Parlemen Belum Terima Surat Pengunduran Diri

Salah satu warga Sri Lanka yang mengakses pemberian makanan itu adalah Mabel Silva dan keluarganya.

Dia menjelaskan keluarga telah mengalami masa-masa sulit sebelumnya, tapi tidak ada yang seburuk sekarang.

Mabel sendiri adalah penyintas diabetes. Dia punya dua cucu dengan kondisi difabel.

Sebelum krisis, putranya bekerja sebagai buruh lepas. Tapi sekarang dia tidak dapat menemukan pekerjaan dan mereka tidak punya uang untuk membeli makanan, obat-obatan, atau perban yang dia butuhkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com