Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Warga Sri Lanka Susah Makan Saat Sang Presiden Kabur ke Luar Negeri...

COLOMBO, KOMPAS.com – Sri Lanka bangkrut dan warganya menderita.

Beberapa penduduk Sri Lanka bahkan kesulitan untuk bisa makan ketika negara itu mengalami krisis ekonomi terburuk dalam sejarah.

Salah satu warga Sri Lanka, Wijesinaha Sanjeewa, mengaku kehidupannya kini sangat buruk.

Dia tak punya uang dan hanya bisa makan sekali sehari, termasuk anak-anaknya.

“Saya punya dua anak. Kadang kami makan sekali sehari. Kadang dua kali. Ini hidup saya,” kata pria yang sehari-hari bekerja menjadi sopir itu, dilansir dari Sky News, Rabu (13/7/2022).

Tanpa adanya stok bahan bakar minyak (BBM) di Sri Lanka, para sopir tidak bisa bekerja dan mencari uang. Dengan begitu, keluarga mereka pun menjadi kelaparan.

Para penduduk Sri Lanka bahkan kini tak bisa memikirkan masa depan ketika sepanjang hari dihabiskan untuk mencoba mengalahkan tantangan yang tidak dapat diatasi.

Makanan gratis

Di tengah situasi sulit di Sri Lanka, ada kelompok masyarakat yang peduli membagikan makanan gratis kepada warga.

Salah satunya bisa ditemui di Ibu Kota Colombo.

Dengan membuat dapur umum di jalan-jalan seputaran Colombo, Sky News memberitakan, para sukarelawan dari Yayasan Voice for Voiceless sanggup menyiapkan 250 makanan setiap hari.

Ratusan makanan itu dibagikan kepada orang-orang yang berjuang untuk bertahan hidup dari krisis ekonomi terburuk di Sri Lanka sejak memperoleh kemerdekaan pada 1948.

Salah satu warga Sri Lanka yang mengakses pemberian makanan itu adalah Mabel Silva dan keluarganya.

Dia menjelaskan keluarga telah mengalami masa-masa sulit sebelumnya, tapi tidak ada yang seburuk sekarang.

Mabel sendiri adalah penyintas diabetes. Dia punya dua cucu dengan kondisi difabel.

Sebelum krisis, putranya bekerja sebagai buruh lepas. Tapi sekarang dia tidak dapat menemukan pekerjaan dan mereka tidak punya uang untuk membeli makanan, obat-obatan, atau perban yang dia butuhkan.

Mabel ada di kursi roda. Kakinya dibungkus kain kasa dan ditutup dengan kantong plastik.

Untuk bisa mendapatkan makanan gratis setiap hari, seluruh keluarganya harus berjalan 9,6 km pulang-pergi.

Mereka tak sanggup membayar jika harus menumpang bus. 

Yayasan Voice for Voiceless mulai memberi makan orang miskin pada bulan Juni.

Sejak itu, permintaan melonjak. Mereka membuka 10 dapur umum di seluruh negeri yang menyediakan makanan untuk lebih dari 1.500 orang setiap hari.

Direktur Yayasan Voice for Voiceless, Moses Akash yakin siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban atas bencana tersebut.

"Pemerintah Sri Lanka dan presiden pasti harus disalahkan atas krisis yang kita alami ini," katanya.

Akash bertanya-tanya mengapa elit politik tidak harus antre untuk mendapatkan bahan bakar dan makanan seperti yang lainnya di negara ini.

Krisis pangan di Sri Lanka begitu akut sehingga PBB memperkirakan 70 persen orang tidak makan setiap hari dan satu dari lima nengalami kelaparan.

Ini adalah keruntuhan ekonomi yang mengejutkan bagi sebuah negara yang pernah dianggap sebagai negara berpenghasilan menengah, dengan sektor pertanian yang kuat dan industri pariwisata yang sedang berkembang.

Kondisi warga kesulitan makan ini nyatanya terjadi ketika Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dilaporkan mencoba kabur ke luar negeri.

Dia bahkan disebut kini telah berada di Maladewa.

https://www.kompas.com/global/read/2022/07/13/131500570/cerita-warga-sri-lanka-susah-makan-saat-sang-presiden-kabur-ke-luar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke