Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu AS Kritik ASEAN karena Kurang Tegas Tanggapi Masalah Myanmar

Kompas.com - 11/07/2022, 19:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

BANGKOK, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken mengkritik negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) karena kurang tegas menekan pemerintah militer Myanmar, untuk mengembalikan negara itu ke jalur demokrasi.

Keprihatinan itu disampaikan Blinken ketika AS bergerak memperkuat hubungan dengan Thailand, sekutu regional utamanya di ASEAN, sebagai bagian dari upaya untuk melawan pengaruh China di seluruh Indo-Pasifik.

Baca juga: Kudeta Militer Myanmar: Siapa yang Memenangkan Perang Saudara?

“Kita memiliki kewajiban kepada rakyat Burma untuk meminta pertanggungjawaban rezim. Dukungan regional untuk kepatuhan rezim terhadap rencana lima poin yang dikembangkan oleh ASEAN juga penting. Itu belum terjadi,” kata Blinken, berbicara pada konferensi pers di Bangkok pada Minggu (10/7/2022) sebagaimana dilansir AP.

Blinken menyesali kurangnya kemajuan di Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, dan menyorot penindasan di Myanmar berlanjut hampir 18 bulan setelah pengambilalihan militer.

Dia pun mengaku kecewa karena negara tetangga Myanmar tidak memberikan tekanan untuk mengakhirinya.

“Kita tidak melihat gerakan positif. Sebaliknya, kami terus melihat penindasan terhadap rakyat Burma yang terus melihat kekerasan yang dilakukan oleh rezim," tambahnya.

Baca juga: Krisis Myanmar Berlarut-larut, Keanggotannya di ASEAN Perlu Ditangguhkan?

Dia mengecam para pemimpin militer Myanmar karena memenjarakan atau memaksa hampir seluruh oposisi untuk melarikan diri, dan karena memperburuk situasi kemanusiaan yang suram dengan tidak memberikan bantuan dan pasokan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi.

Blinken kemudian membidik rancangan ASEAN, yang telah berusaha meyakinkan militer untuk menerapkan rencana lima poin yang sebelumnya diteken di Jakarta, untuk mengembalikan negara itu ke jalur demokrasi.

“Semua negara harus terus berbicara dengan jelas tentang apa yang dilakukan rezim dalam penindasan dan kebrutalan yang sedang berlangsung,” katanya.

Anggota ASEAN menurutnya “perlu meminta pertanggungjawaban rezim untuk itu, terus menuntut penghentian kekerasan segera, pembebasan tahanan politik dan pemulihan jalur demokrasi Burma.”

Baca juga: Menlu China ke Myanmar Pertama Kali Sejak Kudeta Militer, Pelopori “Forum Delta Mekong”

Baru pekan lalu, Myanmar menjadi tuan rumah pertemuan pejabat regional dengan China dan negara-negara Delta Mekong.

Pertemuan itu menurut oposisi junta Myanmar secara langsung bertentangan dengan rencana perdamaian ASEAN, menyusul penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Penggulingan Suu Kyi pada Februari 2021 awalnya memicu protes damai yang meluas. Tapi kemudian ditanggapi dengan keras oleh junta militer Myanmar dan berkembang menjadi perlawanan bersenjata.

Negara itu pun kini telah tergelincir ke dalam apa yang oleh beberapa pakar PBB cirikan sebagai perang saudara.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com