PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara (Korea Utara) pada Kamis (16/6/2022) melaporkan kemunculan wabah tak dikenal yang menyerang saluran pencernaan di sebuah wilayah pertanian.
Keadaan itu semakin membebani Korut, negara terkucil yang sedang berjuang menangani kekurangan pangan serta gelombang infeksi Covid-19.
Pemimpin Korut Kim Jong Un pada Rabu (15/6/2022) memerintahkan pengiriman obat-obatan ke kota pelabuhan Haeju untuk membantu para pasien yang terkena "pandemi enteron akut", menurut laporan KCNA.
Baca juga: AS Akan Terus Tekan Korut soal Nuklir, Korsel Desak China Bujuk Korea Utara
Kantor berita negara Korut itu tidak menyebutkan jumlah orang yang terkena atau memerinci penyakit-penyakit yang dimaksud, sebagaimana dilansir Antara.
"(Kim) menekankan pentingnya penanganan epidemi tersebut secepat mungkin dengan mengambil langkah tegas untuk mengarantina kasus-kasus terduga agar benar-benar bisa mengendalikan penyebarannya. Juga dengan memastikan kasus-kasus tersebut melalui pengujian epidemiologi dan keilmuan," lapor KCNA.
Wabah yang dilaporkan tersebut muncul saat Korut sedang menangani gelombang infeksi Covid-19.
Negara itu pada Mei menyatakan berada dalam keadaan darurat di tengah kekhawatiran menyangkut keterbatasan vaksin dan pasokan medis.
Baca juga: Korea Utara Laporkan 79.100 Kasus dan 1 Kematian di Tengah Gelombang Covid-19
Sebelumnya, badan intelijen Korea Selatan (Korsel) mengatakan kepada parlemen bahwa penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air, seperti tifus, sudah menyebar di Korut bahkan sebelum negara itu mengumumkan kemunculan wabah virus corona.
Korsel telah menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan Korut menangani wabah tersebut.
Namun, Pyongyang tidak menggubris tawaran apa pun untuk berdialog, kata seorang pejabat pada kementerian urusan hubungan Korsel-Korut.
Salah satu tawaran yang tidak dipedulikan oleh Korut, menurut pejabat itu, adalah soal penyediaan vaksin Covid-19.
Baca juga: Covid-19 di Korea Utara, Pemerintah Klaim Terkendali, Warga Mengaku Sulit Dapat Obat Demam
Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien yang mengalami demam, namun otoritas tidak menyebut mereka sebagai pasien Covid-19, tampaknya karena kurangnya alat pengujian.
Kalangan pakar juga curiga bahwa angka-angka yang dilaporkan media yang dikendalikan pemerintah Korut lebih kecil dari keadaan sebenarnya.
Korut pada Kamis melaporkan ada 26.010 orang lagi yang mengalami gejala demam.
Jumlah keseluruhan pasien demam yang tercatat di negara itu sejak akhir April telah mencapai hampir 4,56 juta orang. Jumlah total kematian tercatat 73 orang.
Baca juga: WHO: Wabah Covid-19 di Korea Utara Semakin Buruk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.