Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas Terparah di India, Puluhan Burung Berjatuhan Tiap Hari

Kompas.com - 12/05/2022, 21:48 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

AHMEDABAD, KOMPAS.com – Puluhan burung di Negara Bagian Gujarat, India, berjatuhan setiap hari karena kelelahan dan dehidrasi akibat gelombang panas yang menyengat.

Gelombang panas di wilayah tersebut membuat sumber air di kota terbesar Negara Bagian Gujarat, Ahmedabad, sampai kering, membuat burung-burung kekurangan air.

Dilansir Al Jazeera, Kamis (12/5/2022) gelombang panas yang menerjang kali ini merupakan yang terpanas dalam beberapa dekade terakhir.

Baca juga: Jembatan Bersejarah Pakistan Runtuh Diterjang Banjir dari Gletser yang Mencair karena Gelombang Panas

Perdana Menteri India Narendra Modi bahkan memperingatkan mengenai meningkatnya risiko kebakaran.

Paar dokter di rumah sakit hewan yang dikelola oleh Jivdaya Charitable Trust di Ahmedabad mengatakan, mereka telah merawat ribuan burung dalam beberapa pekan terakhir.

Para dokter menambahkan, para penyelamat membawa puluhan burung yang berjatuhan seperti merpati atau layang-layang setiap harinya.

Baca juga: Saat Burung-burung di India Alami Dehidrasi dan Berjatuhan dari Pohon karena Gelombang Panas…

“Tahun ini adalah salah satu yang terparah dalam beberapa waktu terakhir. Kami telah melihat peningkatan 10 persen dalam jumlah burung yang perlu diselamatkan,” kata Manoj Bhavsar, yang bekerja erat dengan lembaga tersebut dan telah menyelamatkan burung selama lebih dari satu dekade.

Para dokter hewan di rumah sakit tersebut memberi burung-burung tablet multivitamin dan menyuntikkan air ke mulut mereka menggunakan jarum suntik.

Pejabat kesehatan di Gujarat juga telah mengeluarkan imbauan kepada rumah sakit untuk mendirikan bangsal khusus serangan panas dan penyakit terkait panas lainnya karena kenaikan suhu.

Baca juga: Parahnya Gelombang Panas di India dan Pakistan: “Kami Hidup di Neraka”

Perubahan iklim

Dalam gambar yang diambil pada 3 Mei 2022 ini, Dr. Khyati Kapadiya merawat elang di Jivdaya Charitable Trust di Ahmedabad, India. Awal musim panas telah membawa rekor suhu dan membuat hidup menjadi kesengsaraan bagi manusia dan kehidupan hewan, dengan para ahli memperingatkan bahwa perubahan iklim membuat kondisi seperti itu lebih intens dan lebih sering.SAM PANTHAKY Dalam gambar yang diambil pada 3 Mei 2022 ini, Dr. Khyati Kapadiya merawat elang di Jivdaya Charitable Trust di Ahmedabad, India. Awal musim panas telah membawa rekor suhu dan membuat hidup menjadi kesengsaraan bagi manusia dan kehidupan hewan, dengan para ahli memperingatkan bahwa perubahan iklim membuat kondisi seperti itu lebih intens dan lebih sering.

Gelombang panas ekstrem yang terjadi beberapa tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari akibat pemanasan global.

Hal tersebut dikemukakan oleh para ahli terkemuka dalam mengukur efek perubahan iklim pada cuaca ekstrem mengatakan pada Rabu (11/5/2022).

Pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan telah melepaskan cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer yang menyebabkan pemanasan global makin parah.

Baca juga: India Dilanda Gelombang Panas, Permintaan Listrik Sentuh Rekor Tertinggi, Dipicu Penggunaan AC

Karena pemanasan global makin parah, intensitas banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai tropis, juga semakin meningkat, dan bahkan lebih ganas.

“Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim adalah game changer besar dalam hal panas yang ekstrem,” kata Friederike Otto, seorang ilmuwan di Institut Grantham Imperial College London, kepada AFP.

Musim panas ekstrem seperti gelombang panas yang mencengkeram Asia Selatan pada Maret dan April sudah menjadi peristiwa ekstrem yang paling mematikan.

“Setiap gelombang panas di dunia sekarang menjadi lebih kuat dan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” sambung Otto.

Baca juga: WNI di India Saat Dilanda Gelombang Panas: Saya Tak Kuat, Baru 2 Langkah Keluar, Tenggorokan Langsung Kering

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com