Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parahnya Gelombang Panas di India dan Pakistan: “Kami Hidup di Neraka”

Kompas.com - 04/05/2022, 12:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

NEW DELHI, KOMPAS.com - Warga mengungkap parahnya gelombang panas brutal yang melanda negaranya melanda India dan Pakistan, salah satu tempat terpanas di Bumi saat ini.

Nazeer Ahmed yang tinggal di Turbat, wilayah Balochistan Pakistan, mengaku menderita selama berminggu-minggu terakhir akibat suhu yang berulang kali mencapai hampir 50 derajat Celsius. Kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk sepanjang tahun ini.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Angelina Jolie Hadapi Ancaman Bom di Ukraina | Pengalaman WNI di India Saat Dilanda Gelombang Panas

Penduduk setempat terpaksa tinggal dalam rumah mereka, dan tidak dapat bekerja kecuali pada jam-jam malam yang lebih dingin. Sementara itu warga menghadapi kekurangan air dan listrik yang kritis.

Ahmed khawatir keadaan akan semakin buruk. Suhu tertinggi di dunia Mei tercatat di wilayahnya pada Mei 2021, yang secara mengejutkan mencapai 54 derajat Celsius.

Tahun ini, katanya, terasa lebih panas. “Minggu lalu sangat panas di Turbat. Tidak terasa seperti April,” katanya sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (2/5/2022).

Gelombang panas juga memperburuk kekurangan energi besar-besaran di India dan Pakistan.

Turbat, sebuah kota berpenduduk sekitar 200.000, sekarang hampir tidak menerima listrik, dengan gangguan hingga sembilan jam setiap hari, yang berarti bahwa AC dan lemari es tidak dapat berfungsi.

“Kami hidup di neraka,” kata Ahmed.

Baca juga: India Dilanda Gelombang Panas, Permintaan Listrik Sentuh Rekor Tertinggi, Dipicu Penggunaan AC

Seorang pria berjalan melintasi dasar sungai Yamuna yang hampir kering menyusul cuaca panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022. AP PHOTO/MANISH SWARUP Seorang pria berjalan melintasi dasar sungai Yamuna yang hampir kering menyusul cuaca panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022.

Malapetaka pada panen

Cerita serupa ditemukan di seluruh wilayah “Anak Benua”, di mana realitas perubahan iklim dirasakan oleh lebih dari 1,5 miliar orang. Suhu musim panas yang terik telah tiba dua bulan lebih awal, sementara musim hujan tinggal beberapa bulan lagi.

India barat laut dan tengah mengalami April terpanas dalam 122 tahun. Sementara Jacobabad, sebuah kota di provinsi Sindh Pakistan, mencapai 49 derajat Celsius pada Sabtu (30/4/2022), salah satu suhu April tertinggi yang pernah tercatat di dunia.

Gelombang panas telah berdampak buruk pada tanaman, termasuk gandum dan berbagai buah-buahan dan sayuran.

Di India, hasil panen gandum turun hingga 50 persen di beberapa daerah yang paling parah terkena suhu ekstrem. Ini memperburuk kekhawatiran akan kekurangan pasokan global, menyusul invasi Rusia ke Ukraina, yang telah berdampak buruk pada pasokan.

Di distrik Mastung Balochistan, yang terkenal dengan kebun apel dan persiknya, panen telah berkurang.

Haji Ghulam Sarwar Shahwani, seorang petani, menyaksikan dengan sedih ketika pohon apelnya mekar sebulan lebih awal. Dia putus asa saat bunga itu kempis dan kemudian mati di musim kemarau yang panas, yang hampir membunuh seluruh panennya.

Baca juga: India Dilanda Gelombang Panas, Permintaan Listrik Sentuh Rekor Tertinggi, Dipicu Penggunaan AC

Petani di daerah itu juga berbicara tentang dampak “drastis” pada tanaman gandum mereka, sementara daerah itu juga baru-baru ini mengalami pemadaman listrik selama 18 jam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com