Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Bersejarah Pakistan Runtuh Diterjang Banjir dari Gletser yang Mencair karena Gelombang Panas

Kompas.com - 10/05/2022, 21:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Jembatan bersejarah Pakistan di Hassanabad runtuh diterjang banjir dari gletser yang mencair sebagai dampak gelombang panas parah di wilayahnya dan negara tetangga India.

Gelombang panas yang hebat yang telah menyebabkan kualitas udara berbahaya selama berminggu-minggu dan memperparah kebakaran hutan.

Baca juga: Saat Burung-burung di India Alami Dehidrasi dan Berjatuhan dari Pohon karena Gelombang Panas…

Pada Senin (9/5/2022) AccuWeather mewartakan peningkatan suhu panas yang terjadi lebih awal telah disalahkan sebagai penyebab pencairan cepat Gletser Shishper di Pakistan utara, sehingga menyebabkan banjir yang merusak di hilir.

Jembatan Hassanabad di Lembah Hunza Pakistan benar-benar hancur pada Sabtu (7/5/2022) ketika gletser yang mencair mengirimkan aliran air yang deras melalui sungai dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai banjir semburan danau glasial.

Rekaman dramatis menunjukkan balok beton runtuh dan akhirnya ambruk akibat tekanan air banjir yang mengamuk di bawahnya.

Insiden itu mungkin lebih biasa diasosiasikan dengan curah hujan yang sangat deras daripada dampak gletser yang mencair dengan cepat.

Jembatan yang hancur itu memutuskan hubungan antara Pakistan utara dan China di Jalan Raya Karakoram, objek wisata populer yang terkenal sebagai salah satu jalan beraspal tertinggi di dunia.

Aparat hukum setempat mengonfirmasi status jembatan yang hancur di Twitter, dan menyatakan bahwa kendaraan kecil sedang dialihkan ke Sas Valley Road.

Baca juga: Parahnya Gelombang Panas di India dan Pakistan: “Kami Hidup di Neraka”

Banjir juga menyapu dua pembangkit listrik di Hassanabad, menurut Dawn.com, sebuah outlet berita Pakistan. Para pejabat sedang mengevakuasi orang-orang yang tinggal di lokasi rentan di dekat air banjir dan memasok perbekalan.

Pada pertengahan Mei 2019, NASA menyoroti Gletser Shishper, memperkirakan bahwa Jalan Raya Karakoram, sejumlah besar rumah di desa Hasanabad, saluran irigasi penting, dan dua pembangkit listrik semuanya dapat terpengaruh jika terjadi banjir parah.

Selama 20 hari terakhir, volume air di danau gletser Shishper meningkat 40 persen sebagai akibat dari lonjakan suhu awal musim yang tidak biasa, menurut laporan Reuters.

Meskipun pengamatan cuaca resmi jarang terjadi di bagian tertentu negara ini, suhu di lokasi dataran tinggi lainnya di Pakistan utara telah berulang kali mencapai 30-37 Celsius selama beberapa minggu terakhir.

Lebih jauh ke selatan pada ketinggian yang lebih rendah, suhu telah berulang kali melampaui 43 Celsius, yang berada 3-6 derajat Celcius di atas rata-rata.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Angelina Jolie Hadapi Ancaman Bom di Ukraina | Pengalaman WNI di India Saat Dilanda Gelombang Panas

Menteri Federal Pakistan untuk Perubahan Iklim, Sherry Rehman, mengatakan pada akhir April bahwa Pakistan mengalami peralihan dari musim dingin ke musim panas, tanpa banyak musim semi, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Rehman mengatakan di Twitter menyusul runtuhnya jembatan pada Sabtu (7/5/2022) bahwa jembatan sementara dijadwalkan akan dibangun dalam waktu 48 jam.

"Pakistan memiliki jumlah gletser tertinggi di luar kawasan kutub, dan banyak yang kehilangan massa karena suhu global yang tinggi," kata Rehman.

Ahli meteorologi AccuWeather mengatakan tidak ada bantuan yang terlihat akan dilakukan untuk masa mendatang di seluruh wilayah dengan panas membakar, yang diproyeksi terjadi sampai melewati pertengahan Mei.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com