KYIV, KOMPAS.com - Pasukan Rusia telah menghancurkan 3.491 fasilitas infrastruktur militer Ukraina sejauh ini, menurut klaim juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov
Pasukan Rusia "melanjutkan serangan di Ukraina di front yang luas", kata Konashenkov seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/3/2022).
Namun, Reuters belum dapat memverifikasi pernyataan tersebut.
Baca juga: WHO Mengaku Telah Minta Ukraina Hancurkan Patogen di Laboratorium Kesehatannya
Sebelumnya, diberitakan Anadolu Agency pada Kamis (10/3/2022), ada 2.991 obyek infrastruktur militer Ukraina yag rusak, termasuk 97 pesawat, 107 kendaraan udara tak berawak, 141 sistem pertahanan rudal anti-pesawat, 86 pos radar, 986 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 107 peluncur roket ganda, 368 artileri lapangan dan mortir, serta 749 unit kendaraan militer khusus, klaim Konashenkov.
Jubir Kemenhan Rusia tersebut saat itu juga menyebut laboratorium biologi yang disponsori Amerika Serikat (AS) di Ukraina melakukan eksperimen dengan sampel virus corona dari kelelawar.
Lab biologi di Ukraina tersebut mempelajari kemungkinan penularan flu babi Afrika dan antraks melalui unggas, kelelawar, dan reptil, ujar Konashenkov di Moskwa.
Catatan yang ditemukan oleh Rusia menegaskan, lab biologi ini menyelidiki penularan patogen oleh burung liar yang terbang di antara Ukraina dan Rusia serta negara-negara perbatasan lainnya, tambahnya.
Sementara itu di pihak Ukraina, pada Sabtu (5/3/2022) Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengeklaim pasukan negaranya telah membunuh 10.000 tentara Rusia.
Baca juga: Ukraina Klaim Bunuh 10.000 Tentara Rusia, Dapat Donasi Rp 6,37 Triliun dari Dunia
Dalam konferensi pers virtual dengan media-media asing yang turut dihadiri Kompas.com tersebut, Kuleba juga memberikan data-data jumlah korban tewas atau alutsista yang hancur di pihak Rusia.
Klaimnya adalah sebagai berikut:
"Angka-angka ini adalah perkiraan karena perang masih berlangsung," tutur Kuleba.
Perang Rusia vs Ukraina memasuki hari ke-17 pada Sabtu (12/3/2022). Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan, 2,5 juta orang melarikan diri dari Ukraina akibat konflik tersebut.
Baca juga: PBB Sebut Tak Ada Bukti Ukraina Punya Program Senjata Biologis Seperti yang Dituduhkan Rusia