MOSKWA, KOMPAS.com - Selama berbulan-bulan Presiden Rusia Vladimir Putin membantah berencana menyerang Ukraina. Namun, pada Kamis (24/2/2022), Putin mengumumkan peluncuran "operasi militer khusus" di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.
Pengumuman yang disiarkan secara langsung melalui siaran televisi itu disusul oleh berbagai laporan mengenai sejumlah ledakan di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan daerah-daerah lainnya di negara tersebut.
Aksi Putin mengemuka beberapa hari setelah dia menyingkirkan kesepakatan damai dan memerintahkan pasukannya ke dua wilayah separatis di Ukraina guna "mempertahankan perdamaian".
Rusia telah mengerahkan sedikitnya 200.000 prajurit dekat perbatasan Ukraina selama beberapa bulan terakhir.
Baca juga: India Berupaya Evakuasi 16.000 Warganya dari Ukraina Setelah Serangan Rusia
Beragam laporan menyebutkan iring-iringan pasukan dan tank telah memasuki Ukraina dari semua penjuru. Salah satu konvoi bahkan melintasi Belarus di utara, mengarah ke Kiev.
Pasukan penjaga perbatasan Ukraina (DPSU) telah merilis sejumlah foto yang menunjukkan pergerakan konvoi militer Rusia ke bagian selatan Ukraina dari Semenanjung Crimea yang dicaplok Moskwa pada 2014.
DPSU mengatakan pasukan Rusia melepaskan tembakan-tembakan artileri yang disusul dengan pengerahan berbagai kendaraan militer.
Ukraina juga melaporkan pasukan Rusia telah bergerak dari bagian timur. Foto-foto satelit memperlihatkan pasukan Rusia ditempatkan di wilayah Donetsk yang dikuasai kubu separatis.
Baca juga: 1.667 Orang Ditangkap Saat Ikuti Protes Anti-perang di Rusia
Rusia telah lama menolak kedekatan Ukraina dengan institusi-institusi Eropa, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), serta Uni Eropa.
Baru-baru ini, Putin mengeklaim Ukraina adalah boneka Barat dan tidak pernah menjadi sebuah negara yang layak.
Dia mendesak Barat memberi jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, militer Ukraina dilucuti, dan Ukraina menjadi negara netral.
Sebagai bekas negara anggota Uni Soviet, Ukraina punya jalinan sosial dan budaya yang erat dengan Rusia. Bahasa Rusia pun banyak digunakan di Ukraina. Namun, sejak Rusia menginvasi pada 2014 lalu, hubungan kedua negara menjadi regang.
Baca juga: Presiden Zelensky Merasa Ukraina Dibiarkan Sendiri untuk Melawan Rusia