Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari Perbatasan Ukraina, Merekam Ketakutan dan Ketidakpercayaan saat Invasi Rusia

Kompas.com - 25/02/2022, 07:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

KIEV, KOMPAS.com - Seorang wanita tua yang berjaga malam di sebuah hotel di kota Taganrog terdengar tidak percaya ketika para tamu yang turun ke lobi saat fajar memberi tahunya bahwa Rusia telah menginvasi Ukraina.

"Mungkin itu bohong?" kata karyawan Ida, sebuah hotel kecil di pusat bersejarah kota pelabuhan selatan dekat perbatasan dengan Ukraina.

Kemudian wanita berusia 60-an itu menyalakan TV dan matanya terbelalak.

Baca juga: Polandia Siapkan RS untuk Bantu Rawat Warga Ukraina yang Jadi Korban Operasi Militer Rusia

Mengutip laporan AFP, di layar, dia melihat pidato kejutan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengumumkan dimulainya serangan udara dan darat di Ukraina pada Kamis (24/2/2022) dini hari.

Jalan menuju perbatasan Ukraina dan menuju kota pelabuhan Mariupol berada di sepanjang garis pantai.

Kamis pagi, lalu lintas terlihat lengang, tetapi jalan, yang baru diguyur hujan, diselimuti kabut tebal.

Di pos perbatasan Rusia-Ukraina, ketenangan yang aneh merajalela. Beberapa polisi menjalankan tugas mereka, dan tenda kementerian darurat Rusia telah didirikan.

Baca juga: Operasi Militer Khusus di Ukraina: Drama Rusia dan Respons Internasional

Tidak ada tentara yang terlihat, tidak ada ledakan yang terdengar. Tiga kendaraan polisi yang diparkir di pos pemeriksaan memungkinkan mobil sipil sporadis melintasi perbatasan meskipun ada serangan.

Puluhan kilometer jauhnya adalah desa Pokrovskoye. Satu hari sebelum serangan, desa itu telah penuh sesak oleh tentara Rusia.

Tapi keadaan segera sepi. Para tentara kemungkinan telah berangkat ke utara menuju wilayah Ukraina Donetsk.

Jejak tangki baru bisa dilihat di lumpur...

Baca juga: Tanggapi Invasi Rusia, Ukraina Putus Semua Hubungan Diplomatik dengan Moskwa

Anastasia Yashonkova keluar dari toko tempat dia membeli mainan dan limun untuk putranya yang berusia empat tahun.

Sambil memegang tangan anaknya, Yashonkova mengatakan yang dia inginkan hanyalah kedamaian.

"Ini benar-benar menakutkan," kata pria berusia 30 tahun itu.

"Saya merasa kasihan pada orang-orang yang tinggal di sana, saya merasa kasihan pada semua tentara. Saya merasa kasihan pada semua orang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com