Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Rusia Menyerang Ukraina?

Kompas.com - 25/02/2022, 11:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

MOSKWA, KOMPAS.com - Selama berbulan-bulan Presiden Rusia Vladimir Putin membantah berencana menyerang Ukraina. Namun, pada Kamis (24/2/2022), Putin mengumumkan peluncuran "operasi militer khusus" di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.

Pengumuman yang disiarkan secara langsung melalui siaran televisi itu disusul oleh berbagai laporan mengenai sejumlah ledakan di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan daerah-daerah lainnya di negara tersebut.

Aksi Putin mengemuka beberapa hari setelah dia menyingkirkan kesepakatan damai dan memerintahkan pasukannya ke dua wilayah separatis di Ukraina guna "mempertahankan perdamaian".

Rusia telah mengerahkan sedikitnya 200.000 prajurit dekat perbatasan Ukraina selama beberapa bulan terakhir.

Baca juga: India Berupaya Evakuasi 16.000 Warganya dari Ukraina Setelah Serangan Rusia

Di mana pasukan Rusia dikirim?

Laporan ledakan dekat kota-kota utama Ukraina.BBC INDONESIA Laporan ledakan dekat kota-kota utama Ukraina.

Beragam laporan menyebutkan iring-iringan pasukan dan tank telah memasuki Ukraina dari semua penjuru. Salah satu konvoi bahkan melintasi Belarus di utara, mengarah ke Kiev.

Pasukan penjaga perbatasan Ukraina (DPSU) telah merilis sejumlah foto yang menunjukkan pergerakan konvoi militer Rusia ke bagian selatan Ukraina dari Semenanjung Crimea yang dicaplok Moskwa pada 2014.

DPSU mengatakan pasukan Rusia melepaskan tembakan-tembakan artileri yang disusul dengan pengerahan berbagai kendaraan militer.

Ukraina juga melaporkan pasukan Rusia telah bergerak dari bagian timur. Foto-foto satelit memperlihatkan pasukan Rusia ditempatkan di wilayah Donetsk yang dikuasai kubu separatis.

Baca juga: 1.667 Orang Ditangkap Saat Ikuti Protes Anti-perang di Rusia

Apa masalah Putin dengan Ukraina?

Persebaran pasukan Rusia di sekitar Ukraina.BBC INDONESIA Persebaran pasukan Rusia di sekitar Ukraina.

Rusia telah lama menolak kedekatan Ukraina dengan institusi-institusi Eropa, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), serta Uni Eropa.

Baru-baru ini, Putin mengeklaim Ukraina adalah boneka Barat dan tidak pernah menjadi sebuah negara yang layak.

Dia mendesak Barat memberi jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, militer Ukraina dilucuti, dan Ukraina menjadi negara netral.

Sebagai bekas negara anggota Uni Soviet, Ukraina punya jalinan sosial dan budaya yang erat dengan Rusia. Bahasa Rusia pun banyak digunakan di Ukraina. Namun, sejak Rusia menginvasi pada 2014 lalu, hubungan kedua negara menjadi regang.

Baca juga: Presiden Zelensky Merasa Ukraina Dibiarkan Sendiri untuk Melawan Rusia

Bagaimana dengan dua wilayah separatis?

Peta wilayah kelompok separatis di Ukraina timur.BBC INDONESIA Peta wilayah kelompok separatis di Ukraina timur.

Pada 2014, wilayah Donetsk dan Luhansk dikuasai kubu separatis pro-Rusia. Namun, baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit berisi pengakuan terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.

Konsekuensinya, pasukan Rusia bisa ditempatkan secara resmi di sana dan pemerintah Rusia bisa membangun pangkalan militer.

Dengan menempatkan pasukan Rusia di kedua wilayah itu, risiko terjadinya perang terbuka semakin tinggi.

Apalagi Rusia telah menuduh Ukraina melakukan "genosida" di bagian timur serta memberikan lebih dari 700.000 paspor di kawasan Donetsk dan Luhansk. Sehingga aksi menyerang Ukraina akan dianggap dibenarkan demi melindungi rakyat.

Baca juga: Kisah dari Perbatasan Ukraina, Merekam Ketakutan dan Ketidakpercayaan saat Invasi Rusia

Seberapa jauh langkah Rusia?

Perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina.BBC INDONESIA Perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina.

Secara teori, Rusia bisa saja menyapu Ukraina dari timur, utara, dan selatan guna menyingkirkan pemerintah Ukraina yang terpilih secara demokratis.

Rusia juga bisa mengerahkan pasukan dari Crimea, Belarus, dan perbatasan di bagian timur.

Namun, Ukraina telah membangun Angkatan Bersenjata mereka selama beberapa tahun terakhir. Militer Ukraina juga sudah merekrut ratusan ribu orang untuk bergabung dengan pasukan cadangan.

Pejabat militer Amerika Serikat Mark Milley menilai besaran pasukan Rusia akan membuat konflik di kawasan padat permukiman "mengerikan".

Putin juga punya pilihan lain: menerapkan larangan terbang atau memblokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina, atau menempatkan senjata nuklir di Belarus, tetangga Ukraina.

Dia pun bisa melancarkan serangan siber. Laman-laman resmi pemerintah Ukraina tidak berfungsi pada Januari dan bank-bank terbesar Ukraina mengalami serangan siber pada pertengahan Februari.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Terjadi Karena Apa?

Apa yang diinginkan Putin?

Kekuatan NATO di Eropa timur.BBC INDONESIA Kekuatan NATO di Eropa timur.

Rusia membuat tonggak sejarah ketika mengultimatum NATO dan menuntut agar tiga permintaan dipenuhi.

Pertama, Rusia ingin ada jaminan hukum bahwa NATO tidak akan menerima keanggotaan lagi.

"Bagi kami, benar-benar harus ada kewajiban untuk memastikan Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota NATO," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov.

Putin menegaskan bahwa Rusia "tidak akan mundur ke mana-mana - apa mereka pikir kami hanya duduk diam?"

Pada 1994, Rusia menandatangani kesepakatan untuk menghormati kemerdekaan serta kedaulatan Ukraina.

Akan tetapi, tahun lalu Putin merilis tulisan panjang yang menyebut bangsa Rusia dan Ukraina adalah "satu bangsa". Dia juga mengeklaim negara modern Ukraina diciptakan seutuhnya oleh komunis Rusia.

Dia memandang kolapsnya Uni Soviet pada Desember 1991 sebagai disintegrasi Rusia yang sarat sejarah.

Putin menekankan bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, pakta pertahanan tersebut akan mencoba balik menduduki Krimea.

Tuntutan Putin lainnya adalah NATO tidak akan menempatkan senjata penyerang dekat perbatasan Rusia. Kemudian NATO harus melucuti semua infrastruktur dan pasukan dari negara-negara yang bergabung dengan pakta pertahanan sejak 1997.

Negara-negara tersebut mencakup negara di kawasan Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Balkan. Intinya, Rusia ingin NATO kembali ke perbatasan sebelum 1997.

Baca juga: Republik Ceko Berhenti Keluarkan Visa untuk Rusia

Apa kata NATO?

Ekspansi NATO sejak 1997.BBC INDONESIA Ekspansi NATO sejak 1997.

NATO adalah pakta pertahanan yang punya kebijakan pintu terbuka bagi anggota baru. Seluruh 30 negara anggota NATO juga berkeras kebijakan itu tidak akan berubah.

Presiden Ukraina telah meminta kerangka waktu yang jelas dan terukur untuk bergabung dengan NATO. Tapi perlu waktu yang sangat lama untuk mewujudkan hal itu, sebagaimana ditegaskan kanselir Jerman.

Tuntutan Rusia bahwa harus ada anggota NATO yang melepaskan keanggotaannya jelas tidak mungkin terjadi.

Namun, dari sudut pandang Putin, Barat telah mengingkari janji pada 1990 bahwa NATO tidak akan bergerak "seinci pun ke Timur".

Janji itu dibuat sebelum Uni Soviet kolaps, sehingga janji kepada Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev saat itu merujuk ke Jerman Timur dalam konteks reunifikasi Jerman.

Belakangan Gorbachev mengatakan "topik ekspansi NATO tidak pernah didiskusikan" kala itu.

Baca juga: Krisis Rusia Vs Ukraina dan Pelajaran Awal bagi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com