Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Mata Uang Afghanistan Anjlok, Bank Sentral Berjuang Pastikan Stabilitas

Kompas.com - 16/12/2021, 11:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Bank sentral Afghanistan berjuang memastikan stabilitas Afghanistan, sehari setelah mata uang kehilangan hampir 12 persen nilainya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam hitungan jam, di tengah krisis ekonomi yang mendalam dan inflasi yang melonjak.

Penarikan tiba-tiba bantuan asing setelah kemenangan Taliban pada Agustus telah membuat ekonomi Afghanistan yang rapuh di ambang kehancuran.

Baca juga: Ketika Sabu dan Heroin Jadi Solusi Kelaparan di Afghanistan

Sementara itu harga makanan, bahan bakar, dan bahan pokok lainnya naik dengan cepat di luar jangkauan banyak orang.

Bank sentral Afghanistan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka telah mengadakan sejumlah pertemuan dengan dealer valuta asing, perwakilan bank komersial dan sektor bisnis untuk menghentikan jatuhnya afghani (mata uang Afghanistan).

“Berdasarkan kebijakan perencanaan strategisnya, Da Afghanistan Bank selalu berusaha menghindari volatilitas yang dapat membahayakan daya beli masyarakat,” katanya melansir Al Jazeera pada Rabu (15/12/2021).

Sebuah pertemuan dewan menteri juga menginstruksikan komisi ekonomi pemerintah untuk "mengambil langkah-langkah mendesak untuk memastikan stabilitas afghani", kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Taliban: Pemerintahan Afghanistan yang Lemah Tak Akan Menguntungkan Siapa Pun

Krisis telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.

Afghani diperdagangkan sekitar 77 terhadap dolar sebelum jatuhnya Kabul dan pada 97 seminggu yang lalu. Tapi pada Senin (13/12/2021) pagi nilainya turun menjadi 112 di pasar uang Sarai Shahzada Kabul dan menjadi 125 pada sore hari.

Pada Selasa (14/12/2021), Afghani pulih sedikit dan diperdagangkan sekitar 114-115 setelah langkah bank sentral Afghanistan.

“Imarah Islam mengatakan akan menurunkan dolar dan mengeluarkan dolar di pasar dan itu (Afghani) berubah sekarang,” kata seorang dealer di Sarai Shahzada, menggunakan nama untuk pemerintahan baru Taliban.

Baca juga: Tak Satupun Tentara AS Dihukum atas Serangan Drone yang Tewaskan Sipil di Afghanistan

Seorang money changer menghitung uang kertas Afghani di pasar pertukaran mata uang di sepanjang jalan di Kandahar pada 20 September 2021. AFP PHOTO/JAVED TANVEER Seorang money changer menghitung uang kertas Afghani di pasar pertukaran mata uang di sepanjang jalan di Kandahar pada 20 September 2021.

Kenaikan harga

Namun, tekanan pada afghani berdampak nyata pada harga kebutuhan sehari-hari dalam ekonomi, di mana pengangguran tersebar luas sedangkan banyak yang memiliki pekerjaan belum dibayar dalam beberapa bulan.

Dalam waktu seminggu, pedagang grosir mengatakan harga sekarung tepung seberat 50 kg telah naik antara 20 dan 40 persen menjadi antara 2.800-3.200 afghani, dari 2.300 seminggu yang lalu, dengan harga gula naik sepertiga, dan beras naik lebih dari 15 persen.

Survei oleh Program Pangan Dunia menunjukkan sekitar 98 persen warga Afghanistan tidak cukup makan, dengan tujuh dari 10 keluarga terpaksa meminjam makanan.

Sistem perbankan Afghanistan kini hanya berfungsi sebagian, akibat kekurangan dolar yang dulunya dikirim secara fisik ke Afghanistan, dengan sekitar 9 miliar dollar AS cadangan bank sentral tetap diblokir di luar negeri.

Kondisi itu diperburuk dengan pemutusannya dari sistem keuangan dunia, karena ketakutan akan sanksi AS.

Baca juga: Nasib Bayi-bayi Afghanistan, Hidup Kelaparan dalam Krisis Tanpa Perawatan Layak

Pekan lalu, Departemen Keuangan AS meresmikan panduan yang memungkinkan pengiriman uang pribadi ke Afghanistan dan melindungi pengirim dan lembaga keuangan dari sanksi AS. Langkah ini menawarkan harapan bagi mereka yang memiliki kerabat di luar negeri.

Namun upaya untuk mendatangkan uang tunai terhambat oleh keengganan internasional untuk memberikan dana kepada pemerintah Taliban, yang masih belum diakui secara resmi oleh negara lain.

Untuk jangka panjang, para pengusaha mengatakan prospek terhambat oleh kurangnya rencana ekonomi yang jelas dari pemerintah baru dan kelemahan struktural dalam ekonomi, yang ekspor utamanya yakni buah kering dan karpet buatan tangan, selain narkotika yang ilegal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com