Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Umat Hindu dan Muslim India Bersatu Boikot Kunjungan Pangeran Inggris

Kompas.com - 21/11/2021, 18:02 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kerusuhan 1921, atau yang juga disebut Kerusuhan Pangeran Wales, kini sudah dilupakan di Mumbai, India. Kala itu, umat Hindu dan Muslim berjuang bersama, bergandengan tangan melawan kelompok lain. Sejarawan Dinyar Patel menulis tentang pelajaran dari peristiwa itu untuk India saat ini.

Kerusuhan 100 tahun lalu itu melibatkan seorang pahlawan kemerdekaan India, seorang calon raja Inggris, dan kekuasaan seorang sultan Ottoman yang sudah goyah. Pemicunya adalah ideologi dan tujuan yang berbeda: swaraj (pemerintahan sendiri), swadeshi (kemandirian ekonomi), larangan minuman keras, dan pan-Islamisme.

Pada November 1921, Pangeran Wales, Edward VIII--yang akan menjadi jadi Raja Inggris--memulai tur kerajaan ke India pada waktu yang tidak tepat.

Baca juga: Petani India Menang, PM Modi Cabut UU Pertanian Kontroversial

Pada masa itu, di India sedang berlangsung gerakan pro-kemerdekaan dari kekuasaan Inggris yang diusung oleh Mahatma Gandhi. Gerakan itu menjadi ancaman terbesar bagi pemerintahan kolonial Inggris sejak pemberontakan pada 1857.

Di bawah bendera "persatuan Hindu-Muslim", Gandhi telah menggabungkan kekuatan dengan gerakan khilafah yang dipimpin oleh sejumlah tokoh Muslim India. Para tokoh Muslim India khawatir Inggris akan menggulingkan sultan mereka yang dianggap sebagai khalifah Islam yang sah, setelah Kesultanan Utsmaniyah menderita kekalahan dalam Perang Dunia I.

Penggabungan kekuatan tersebut menciptakan hubungan persatuan yang luar biasa antara umat Hindu dan Muslim kala itu, tapi di sisi lain juga menimbulkan ketakutan bagi kelompok-kelompok minoritas seperti umat Kristen, Sikh, Parsi, dan Yahudi.

Baca juga: Cerita WNI di India Hidup Diselimuti Polusi Udara Parah: Sudah Biasa Seperti Ini

Gandhi mengatakan, mereka tidak perlu takut. "Aliansi Hindu-Muslim tidak berarti bahwa komunitas besar harus mendominasi komunitas kecil," katanya.

Dengan naifnya, Pangeran Wales berharap bahwa kunjungannya akan membangkitkan sentimen loyalis dan menghilangkan kekuatan gerakan Gandhi. Menanggapi hal itu, Kongres Nasional India justru memutuskan untuk menyambut sang pangeran dengan aksi boikot dan membakar kain buatan luar negeri, simbol imperialisme ekonomi Inggris.

Pada pagi hari 17 November 1921, sejumlah besar penduduk Bombay menentang pemogokan itu dan menyambut kedatangan sang pangeran dengan kapal. Banyak dari simpatisan ini adalah orang Parsi, Yahudi, dan Anglo-India.

Baca juga: Polusi Udara India Makin Parah, Taj Mahal Diselimuti Kabut Asap Berbahaya

Mengapa komunitas Parsi kaya di India menghilang?

Gandhi melakukan aksi mogok makan pertamanya melawan kerusuhan antaragama pada 1921.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Gandhi melakukan aksi mogok makan pertamanya melawan kerusuhan antaragama pada 1921.

Terlepas dari arahan Gandhi untuk tetap melakukan gerakan tanpa kekerasan, para sukarelawan kongres nasional dan khilafah beraksi dengan penuh amarah. Homai Vyarawalla, yang menjadi jurnalis foto perempuan pertama di India, adalah saksi peristiwa ini.

Ketika Dinyar Patel mewawancarainya pada 2008 lalu, dia mengenang siswi Parsi yang mementaskan garbas, sebuah tarian tradisional, untuk menyambut Pangeran Wales.

Pada hari-hari berikutnya, Vyarawalla mengamati pertempuran sengit di jalan-jalan Bombay. Massa menggunakan penutup botol soda dari marmer sebagai proyektil mematikan. Mereka menyerang toko minuman keras milik orang-orang Parsi, melemparkan batu, dan mengancam akan membakarnya.

Gandhi sudah berusaha keras untuk memasukkan larangan minuman keras dalam gerakan non-kerjasama, mendesak komunitas Parsi yang memiliki saham besar secara tidak proporsional dalam perdagangan minuman keras untuk menutup toko mereka secara sukarela.

Baca juga: Rumah Mantan Menteri Muslim India Diserang Kelompok Garis Keras

Saat kekerasan mengguncang Bombay, massa Hindu dan Muslim memilih menyasar toko minuman keras sebagai simbol dominasi ekonomi Parsi dan perlawanan mereka terhadap politik nasionalis. Mereka mengancam akan membakar sebuah bangunan tempat tinggal Parsi, yang memiliki toko minuman keras di lantai dasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com