TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang memperkenalkan kebijakan baru di mana pasien virus corona dengan gejala sedang akan diisolasi di rumah alih-alih di rumah sakit. Kebijakan ini dinilai kontroversial ketika kasus baru di Tokyo melonjak ke rekor baru lainnya selama Olimpiade Tokyo 2020.
Rencana Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, bertujuan untuk menyelamatkan tempat tidur rumah sakit secara eksklusif untuk mereka yang memiliki gejala serius, atau berisiko mengembangkannya.
Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Yoshihide Suga, Perdana Menteri Jepang
Ini adalah perubahan kebijakan besar di “Negeri Sakura” karena kasus baru di ibu kota meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak Olimpiade dimulai pada 23 Juli.
Covid-19 Jepang melaporkan 4.166 kasus baru khusus wilayah Tokyo pada Rabu (4/8/2021), tertinggi sepanjang masa sejak pandemi dimulai awal tahun lalu.
Kebijakan baru, yang diperkenalkan minggu ini, diperdebatkan di parlemen pada Rabu (4/8/2021).
Oposisi serta beberapa anggota parlemen partai yang memerintah dan pakar berdebat soal kebijakan ini. Menurut mereka, kehidupan orang-orang yang menjalani isolasi diri di rumah tanpa perawatan yang memadai akan berisiko.
Suga, telah dikritik karena bersikeras menjadi tuan rumah Olimpiade meskipun ada kekhawatiran virus publik. Dia pun bersikeras tidak ada bukti yang menghubungkan peningkatan kasus dengan Olimpiade.
Dia membela kebijakan isolasi rumah sebagai cara untuk memastikan bahwa perawatan rumah sakit tersedia untuk pasien yang sakit parah. Rencana baru ini juga hanya untuk daerah di mana rumah sakit sangat tertekan.
Baca juga: Viral Video TikTok, Komedian AS Bagi-bagi Tips Bisa “Kencan” dengan Atlet Olimpiade di Jepang
Infeksi Covid-19 Jepang, yang didorong oleh varian delta yang lebih menular, dapat meningkat menjadi 10.000 per hari pada pertengahan Agustus, menurut beberapa ahli.
Mereka pun menyerukan keadaan darurat saat ini di Tokyo dan lima daerah lainnya untuk diperluas secara nasional.
Langkah-langkah darurat, yang berfokus pada larangan alkohol dan jam makan yang lebih pendek, semakin diabaikan oleh publik, yang sudah bosan dengan pembatasan.
Televisi publik NHK dan media lainnya melaporkan bahwa Suga diperkirakan akan memperluas versi tindakan darurat Covid-19 yang lebih ringan ke 13 prefektur dari lima prefektur saat ini.
“Pandemi kini telah memasuki fase baru,” kata Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura di parlemen. “Kapasitas rumah sakit terbatas.”
Dia membela kebijakan isolasi di rumah yang diperlukan untuk mencegah keruntuhan medis serupa dengan apa yang terjadi pada April di Osaka. Ketika itu, ribuan orang menjadi lebih sakit dan beberapa meninggal di rumah sambil menunggu tempat tidur rumah sakit.
Tamura, memperingatkan agar situasi itu tidak terulang dan mendesak orang untuk menghindari semua acara yang tidak penting demi memperlambat infeksi Covid-19 Jepang.
Baca juga: Jepang Mulai Permalukan Warganya di Depan Umum terkait Pelanggaran Covid-19