Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Batasi Perawatan Rumah Sakit, Pasien Covid-19 Diminta Isolasi di Rumah

Kompas.com - 04/08/2021, 21:52 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang memperkenalkan kebijakan baru di mana pasien virus corona dengan gejala sedang akan diisolasi di rumah alih-alih di rumah sakit. Kebijakan ini dinilai kontroversial ketika kasus baru di Tokyo melonjak ke rekor baru lainnya selama Olimpiade Tokyo 2020.

Rencana Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, bertujuan untuk menyelamatkan tempat tidur rumah sakit secara eksklusif untuk mereka yang memiliki gejala serius, atau berisiko mengembangkannya.

Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Yoshihide Suga, Perdana Menteri Jepang

Ini adalah perubahan kebijakan besar di “Negeri Sakura” karena kasus baru di ibu kota meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak Olimpiade dimulai pada 23 Juli.

Covid-19 Jepang melaporkan 4.166 kasus baru khusus wilayah Tokyo pada Rabu (4/8/2021), tertinggi sepanjang masa sejak pandemi dimulai awal tahun lalu.

Kebijakan baru, yang diperkenalkan minggu ini, diperdebatkan di parlemen pada Rabu (4/8/2021).

Oposisi serta beberapa anggota parlemen partai yang memerintah dan pakar berdebat soal kebijakan ini. Menurut mereka, kehidupan orang-orang yang menjalani isolasi diri di rumah tanpa perawatan yang memadai akan berisiko.

Suga, telah dikritik karena bersikeras menjadi tuan rumah Olimpiade meskipun ada kekhawatiran virus publik. Dia pun bersikeras tidak ada bukti yang menghubungkan peningkatan kasus dengan Olimpiade.

Dia membela kebijakan isolasi rumah sebagai cara untuk memastikan bahwa perawatan rumah sakit tersedia untuk pasien yang sakit parah. Rencana baru ini juga hanya untuk daerah di mana rumah sakit sangat tertekan.

Baca juga: Viral Video TikTok, Komedian AS Bagi-bagi Tips Bisa “Kencan” dengan Atlet Olimpiade di Jepang

Infeksi Covid-19 Jepang, yang didorong oleh varian delta yang lebih menular, dapat meningkat menjadi 10.000 per hari pada pertengahan Agustus, menurut beberapa ahli.

Mereka pun menyerukan keadaan darurat saat ini di Tokyo dan lima daerah lainnya untuk diperluas secara nasional.

Langkah-langkah darurat, yang berfokus pada larangan alkohol dan jam makan yang lebih pendek, semakin diabaikan oleh publik, yang sudah bosan dengan pembatasan.

Televisi publik NHK dan media lainnya melaporkan bahwa Suga diperkirakan akan memperluas versi tindakan darurat Covid-19 yang lebih ringan ke 13 prefektur dari lima prefektur saat ini.

“Pandemi kini telah memasuki fase baru,” kata Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura di parlemen. “Kapasitas rumah sakit terbatas.”

Dia membela kebijakan isolasi di rumah yang diperlukan untuk mencegah keruntuhan medis serupa dengan apa yang terjadi pada April di Osaka. Ketika itu, ribuan orang menjadi lebih sakit dan beberapa meninggal di rumah sambil menunggu tempat tidur rumah sakit.

Tamura, memperingatkan agar situasi itu tidak terulang dan mendesak orang untuk menghindari semua acara yang tidak penting demi memperlambat infeksi Covid-19 Jepang.

Baca juga: Jepang Mulai Permalukan Warganya di Depan Umum terkait Pelanggaran Covid-19

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com