LONDON, KOMPAS.com – Inggris bakal menjadi tuan rumah konferensi iklim PBB COP26 pada November di Glasgow, Skotlandia.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk memacu komitmen dari negara-negara yang berjanji di bawah Kesepakatan Paris pada 2015 untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius.
Pencegahan kenaikan suhu rata-rata di bawah 2 derajat Celcius sebelum era Revolusi Industri bertujuan untuk mencegah perubahan iklim yang ekstrem.
Baca juga: 10 Penambang Batu Bara Pakistan Diculuk dan Dibunuh ISIS
Presiden Inggris untuk COP26 Alok Sharma menegaskan, negara-negara bisa “mengubur” tenaga batu bara yang polutan ke dalam sejarah.
"Saya sudah sangat jelas bahwa saya ingin COP26 menjadi COP di mana kita mengubur tenaga batu bara ke dalam sejarah," kata Sharma.
Batu bara adalah sumber energi yang paling berpolusi jika emisinya tidak ditangkap dan disimpan di bawah tanah.
Sebagian besar unit yang memanfaatkan batu bara di seluruh dunia tidak hanya menghasilkan emisi karbon dioksida, tetapi juga polutan lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Baca juga: Gas Karbon Monoksida Bocor di Tambang Batu Bara China, 18 Orang Tewas
Negara-negara kaya anggota G7 juga telah berjanji untuk meningkatkan teknologi dan kebijakan yang mempercepat transisi energi dari batu bara.
Langkah tersebut juga termasuk mengakhiri dukungan pemerintah untuk tenaga batu bara pada akhir tahun ini sebagaimana dilansir Reuters.
Namun, rupanya banyak negara yang masih membiayai dan berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
Para menteri energi dan iklim dari negara-negara anggota G20 akan bertemu di Italia untuk mencoba meningkatkan pengurangan emisi dan janji pendanaan iklim.
Baca juga: Ambisi Jadi Negara Netral Karbon, Jepang Harus Tinggalkan PLTU Batu Bara
"Saya pikir G7 telah menunjukkan jalan ke depan," kata Sharma.
Dia menambahkan, negara-negara kepulauan yang telah dia kunjungi tahun ini seperti di Kepulauan Karibia, ingin negara penghasil emisi terbesar G20 mengikutinya langkah G7.
Pemantauan dari berbagai kelompok termasuk Overseas Development Institute menunjukkan, G20 berkomitmen mendukung energi fosil setidaknya 296 miliar dollar AS sejak awal pandemi Covid-19.
Di sisi lain, G20 juga berkomitmen mendukung energi bersih senilai 227 miliar dollar AS.
Baca juga: Inspirasi Energi: Konsumsi Batu Bara dan Pengembangannya ke Depan
“Banyak dari negara-negara ini sudah sangat ambisius dalam hal mengurangi perubahan iklim,” kata Sharma.
Tapi, menutur Sharma hal itu tidaklah cukup. Negara-negara juga harus meninggalkan sumber energi yang menhasilkan emisi terbesar seperti batu bara.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Kepresidenan Inggris dalam COP26 adalah membujuk negara-negara berkomitmen pada target pengurangan emisi yang lebih ambisius.
Selain itu, meningkatkan pembiayaan bagi negara-negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Baca juga: Kecelakaan Tambang Batu Bara di China Tewaskan 16 Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.