Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris: Negara Kaya Harus "Mengubur" Batu Bara ke Dalam Sejarah

Kompas.com - 22/07/2021, 06:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

LONDON, KOMPAS.com – Inggris bakal menjadi tuan rumah konferensi iklim PBB COP26 pada November di Glasgow, Skotlandia.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk memacu komitmen dari negara-negara yang berjanji di bawah Kesepakatan Paris pada 2015 untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius.

Pencegahan kenaikan suhu rata-rata di bawah 2 derajat Celcius sebelum era Revolusi Industri bertujuan untuk mencegah perubahan iklim yang ekstrem.

Baca juga: 10 Penambang Batu Bara Pakistan Diculuk dan Dibunuh ISIS

Presiden Inggris untuk COP26 Alok Sharma menegaskan, negara-negara bisa “mengubur” tenaga batu bara yang polutan ke dalam sejarah.

"Saya sudah sangat jelas bahwa saya ingin COP26 menjadi COP di mana kita mengubur tenaga batu bara ke dalam sejarah," kata Sharma.

Batu bara adalah sumber energi yang paling berpolusi jika emisinya tidak ditangkap dan disimpan di bawah tanah.

Sebagian besar unit yang memanfaatkan batu bara di seluruh dunia tidak hanya menghasilkan emisi karbon dioksida, tetapi juga polutan lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Baca juga: Gas Karbon Monoksida Bocor di Tambang Batu Bara China, 18 Orang Tewas

Negara-negara kaya anggota G7 juga telah berjanji untuk meningkatkan teknologi dan kebijakan yang mempercepat transisi energi dari batu bara.

Langkah tersebut juga termasuk mengakhiri dukungan pemerintah untuk tenaga batu bara pada akhir tahun ini sebagaimana dilansir Reuters.

Namun, rupanya banyak negara yang masih membiayai dan berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.

Para menteri energi dan iklim dari negara-negara anggota G20 akan bertemu di Italia untuk mencoba meningkatkan pengurangan emisi dan janji pendanaan iklim.

Baca juga: Ambisi Jadi Negara Netral Karbon, Jepang Harus Tinggalkan PLTU Batu Bara

"Saya pikir G7 telah menunjukkan jalan ke depan," kata Sharma.

Dia menambahkan, negara-negara kepulauan yang telah dia kunjungi tahun ini seperti di Kepulauan Karibia, ingin negara penghasil emisi terbesar G20 mengikutinya langkah G7.

Pemantauan dari berbagai kelompok termasuk Overseas Development Institute menunjukkan, G20 berkomitmen mendukung energi fosil setidaknya 296 miliar dollar AS sejak awal pandemi Covid-19.

Di sisi lain, G20 juga berkomitmen mendukung energi bersih senilai 227 miliar dollar AS.

Baca juga: Inspirasi Energi: Konsumsi Batu Bara dan Pengembangannya ke Depan

“Banyak dari negara-negara ini sudah sangat ambisius dalam hal mengurangi perubahan iklim,” kata Sharma.

Tapi, menutur Sharma hal itu tidaklah cukup. Negara-negara juga harus meninggalkan sumber energi yang menhasilkan emisi terbesar seperti batu bara.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Kepresidenan Inggris dalam COP26 adalah membujuk negara-negara berkomitmen pada target pengurangan emisi yang lebih ambisius.

Selain itu, meningkatkan pembiayaan bagi negara-negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Baca juga: Kecelakaan Tambang Batu Bara di China Tewaskan 16 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com