Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan dalam Cengkeraman Militer Myanmar: Rakyat Takut ke Masjid

Kompas.com - 25/04/2021, 13:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Di salah satu jalan di tengah kota Yangon, Myanmar, tempat banyak warga Muslim bermukim, Ramadhan kali ini menyisakan trauma mendalam.

Pada pekan pertama Ramadhan lalu, banyak warga yang melayat seorang pemuda yang ditemukan tergantung di masjid dengan kondisi dipakaikan baju perempuan.

Tidak ada keterangan resmi apa yang terjadi. Nmun di media sosial, warga banyak membicarakan apa yang terjadi adalah aksi militer.

Baca juga: Pemerintah Bayangan Myanmar Sambut Baik Hasil KTT ASEAN

Daw Zi, bukan nama sebenarnya, termasuk di antara yang melayat pemuda yang sering menjaga masjid itu.

"Sangat menyedihkan dan sangat sulit kondisi di sini. Pemuda itu sendiri di masjid saat ditangkap dan meninggal," kata Daw Zi, perempuan berusia 35 tahun.

Warga Muslim yang tinggal di seputar tempat tinggalnya itu termasuk orang Myanmar sendiri, orang Rohingya, dan Muslim dari Asia selatan.

"Kami takut ke masjid pada malam hari. Tak ada yang berani. Kami pulang ke rumah sebelum maghrib dan melakukan tarawih di rumah. Kami buka puasa juga di rumah. Tak aman shalat di masjid," tambah perempuan keturunan Rohingya ini kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.

Kabar yang terjadi di Mandalay pada hari pertama Ramadhan juga terdengar oleh mereka di Yangon.

Baca juga: Media Asing Sorot Hasil KTT ASEAN untuk Konflik Myanmar di Jakarta

Seorang pria berusia 28 tahun meninggal ketika tentara melepaskan tembakan ke arah masjid Maha Aungmyay, Mandalay, ketika pria itu tengah tidur setelah beribadah di masjid, menurut Myanmar Now.

Media ini mengutip para saksi mata yang mengatakan tentara langsung melepaskan tembakan dan Ko Htet, pemuda itu, ditembak di dada dan meninggal di tempat.

Daw Ma Aye, perempuan berusia pertengahan 20-an, yang tinggal di Yangon mendengar kabar ini dan mengatakan, "Kami sama sekali tak aman. Mereka seolah memberi kami kebebasan semu yang dapat diambil kapan saja."

"Akan selalu ada penahanan tak terduga-duga tanpa alasan apapun. Jadi sama sekali tak aman untuk salat di masjid," imbunya kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: Setelah KTT ASEAN, Muhyiddin Yassin Sebut Myanmar Mau Hentikan Kekerasan

Ketakutan menjadi sasaran

Selain Daw Zi, dan Daw Ma Aye, anak muda Muslim lain, U Jee, bukan nama sebenarnya, juga merasa waswas dan selalu berwaspada, takut menjadi incaran.

"Tidak, kami tak bisa shalat tarawih karena jam malam. Namun militer juga secara rutin dan acak memeriksa masjid. Mereka dapat menahan orang yang berkunjung ke masjid dan membuat orang takut pergi ke masjid, karena itu sejumlah masjid tutup," cerita U Jee.

"Selama siang hari, sebelum buka puasa, orang-orang di tengah kota mencoba menjual makanan di tengah situasi penuh risiko dan bahaya. Mereka perlu menjual sesuatu untuk menyambung hidup," sambung U Jee.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com