Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemakaman Massal Terjadi di Myanmar Saat 149 Orang Telah "Dibunuh" Junta Militer

Kompas.com - 17/03/2021, 11:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - Myanmar melakukan upacara pemakaman massal setidaknya untuk 149 orang telah dibunuh pasukan keamanan di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, termasuk 5 orang dalam tahanan.

Jumlah kematian mencapai ratusan setelah hari paling berdarah terjadi di negara yang kembali berada dalam cengkeraman junta militer

Pemakaman massal diadakan di seluruh kota Yangon pada Selasa (16/3/2021), dengan ratusan pelayat berkumpul di berbagai kota untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang terbunuh.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Myanmar Bantah Bakar Pabrik-pabrik China, Tuding Ada Setting-an Militer

Sebuah krematorium di Yangon melaporkan ada 31 pemakaman, kata seorang pelayat di salah satu upacara tersebut, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Selasa (16/3/2021).

Salah satu pemandangan yang terlilhat adalah ratusan orang turun ke jalan dengan kesedihan ketika melepas Khant Nyar Hein, pelajar kedokteran yang didbunuh di Yangon pada Minggu (14//3/2021).

"Biarkan mereka bunuh saya sekarang, bunuh saya sekarang dari pada putraku, karena saya sudah tidak tahan lagi," ujar ibu Khant Nyar Hein yang terlihat dalam video yang diunggah di Facebook.

Dalam upacara pemakaman itu, para pelayat meneriakkan, "Revolusi kita harus menang!"

Baca juga: Mantan Tentara Myanmar Ungkap Alasan Membelot dan Memilih Bergabung dengan Gerakan Anti-kudeta

Beberapa keluarga mengungkapkan kepada media lokal bahwa pasukan keamanan merampas sejumlah jenazah orang yang mereka cintai, tapi para keluarga yang berduka itu tetap mengadakan upacara pemakaman.

Jumlah kematian dalam aksi protes anti-kudeta militer yang pecah pada Minggu (14/3/2021), mayoritas terjadi di kota kecil Hlaing Tharyar di Yangon.

Daerah itu merukapan penghasil garmen dengan sebagian besar pabrik milik orang China.

Media Burma, Irrawaddy, merilis foto-foto penduduk yang melarikan diri dari kota tersebut pada Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Militer Myanmar: Diperintah Terang-terangan Tembak Warga Sipil, Bahkan Bunuh Orangtua Sendiri

Beberapa membawa hewan peliharaan mereka di belakang sepeda motor, sementara yang lain membawa barang-barang mereka menggunakan tuk-tuk.

"Kita dapat melihat orang-orang di jalan sejauh mata memandang,” menurut lapor Democratic Voice of Burma.

Seorang penduduk memberitahu Agence France Presse (AFP) tentang eksodus itu, mengatakan bahwa orang-orang ingin pergi saat fajar dan pengunjuk rasa telah menghapus barikade darurat, untuk memperlambat pasukan keamanan hingga para pelarian dapat keluar.

“Setelah jam 9 pagi, warga kembali memblokir jalan dengan pembatas. Mereka mengizinkan orang pergi hanya pada pagi hari," katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan telah dikerahkan di jalan-jalan utama kota-kota kecil.

Baca juga: PBB: Peringatan Bahaya, Harga Makanan dan Bahan Bakar Mulai Naik di Myanmar

“Kami tidak berani turun ke jalan,” katanya.

Diperkiraan jumlah korban tewas kembali bertambah pada Selasa (16/3/2021), ketika seorang pengunjuk rasa ditembak mati di pusat kota Kawlin, kata seorang penduduk di sana.

Orang-orang mengangkat gambar pemimpin sipil yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi dan menyerukan diakhirinya penindasan selama protes kecil di kota selatan Dawei pada Selasa (16/3/2021), media Dawei Watch melaporkan.

Sejauh ini, tidak ada laporan korban kekerasan oleh aparat kepada para demonstran tersebut.

Baca juga: Digeruduk Militer, Warga Kota Miskin Myanmar Kabur Naik Pikap dan Truk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com