Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunjuk Rasa Myanmar Bantah Bakar Pabrik-pabrik China, Tuding Ada Setting-an Militer

Kompas.com - 17/03/2021, 07:19 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Mothership

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Beberapa pabrik garmen di pinggiran Kota Hlaingthaya, Yangon, dilaporkan dibakar pada Minggu (14/3/2021). Hal itu terjadi di tengah protes yang sedang berlangsung terhadap kudeta militer baru-baru ini di Myanmar.

Reuters mengutip pemimpin protes Ei Thinzar Maung yang mengatakan di unggahan Facebook bahwa pabrik tersebut dimiliki oleh investor China.

Namun, media lokal The Irrawaddy melaporkan, kedua pabrik tersebut masing-masing dimiliki oleh investor China dan Taiwan.

Pada hari yang sama, dikabarkan juga setidaknya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta tewas di distrik yang sama. Bersamaan dengan itu, sedikitnya 16 pengunjuk rasa tewas dan seorang polisi di tempat lain pada hari yang sama.

Jumlah korban hari itu tercatat sebagai yang tertinggi sejak kudeta 1 Februari terhadap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Militer Myanmar: Diperintah Terang-terangan Tembak Warga Sipil, Bahkan Bunuh Orangtua Sendiri

Konspirasi militer

Komentar netizen Myanmar ramai justru menuduh pembakaran pabrik dilakukan sebagai plot setting-an dari pihak militer. Junta disebut sengaja menyinggung sentimen anti-China di kalangan pengunjuk rasa.

Massa pro-demokrasi memang menganggap Beijing sebagai salah satu pendukung junta militer.

“Jika Anda ingin berbisnis di Myanmar secara stabil, hormati orang Myanmar. Melawan Hlaingthaya, kami bangga padamu!!” ujar Ei Thinzar Maung di media sosial melansir Mothership.

Beberapa warga Myanmar telah menggunakan media sosial untuk mengemukakan teori alternatifnya.

Mereka mengeklaim pembakaran pabrik di pinggiran Hlaingthaya di Yangon dilakukan oleh pihak militer sendiri. Klaim itu terlihat dalam komentar yang diunggah berita CNA tentang insiden tersebut.

Mereka menduga militer melakukannya sebagai alasan untuk membenarkan tindakan yang lebih keras terhadap para pengunjuk rasa.

Kekhawatiran mereka mungkin tidak sepenuhnya salah.

Dari laporan media Global Times yang dikendalikan Pemerintah China, dikatakan Beijing mendesak Pemerintah Myanmar untuk "menghukum para pelakunya."

Beberapa warganet juga mengambil kesempatan untuk mengkritik Pemerintah China karena kurangnya perhatian terhadap rakyat Myanmar.

Beijing mengeluarkan pernyataan ketika pabrik-pabrik terbakar, tetapi tidak ketika warga sipil terbunuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com