Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Anti-China di Myanmar Meningkat, Perusahaan Taiwan Diminta Kibarkan Bendera

Kompas.com - 16/03/2021, 08:26 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Taiwan menyarankan perusahaan asal negaranya yang berada di Myanmar untuk mengibarkan bendera pulau itu pada Senin (15/3/2021).

Anjuran ini disampaikan untuk membedakan diri mereka dari bisnis China, yang diserang selama akhir pekan di tengah tindakan keras berdarah terhadap protes pro-demokrasi di Yangon.

Beberapa pabrik milik China dibakar di distrik penghasil tekstil Yangon pada Minggu (14/3/2021). Hari itu juga tercatat sebagai hari paling mematikan yang pernah disaksikan Myanmar selama protes terhadap militer sejak kudeta 1 Februari.

Serangan terhadap pabrik-pabrik China telah mengguncang Taiwan. Sejumlah bisnisnya sebelumnya secara keliru menjadi sasaran selama serangan sentimen anti-China di Asia Tenggara.

Kedutaan de facto Taiwan di Myanmar menyarankan perusahaan "untuk melabeli diri mereka sebagai “bisnis Taiwan” dalam bahasa Myanmar, dan mengibarkan bendera nasionalnya.

Perusahaan bahkan diminta menjelaskan kepada karyawan lokal dan penduduk sekitar bahwa mereka adalah pabrik Taiwan. Semua demi menghindari kebingungan dan kesalahan penilaian.

Kemarahan publik terhadap China telah melonjak di Myanmar. Banyak gerakan pro-demokrasi percaya bahwa China telah memihak tentara.

Baca juga: 138 Demonstran Tewas, Myanmar Ditakutkan Jatuh ke Perang Saudara Terbesar

China awalnya menolak protes internasional atas kudeta tersebut. Mereka menilai hal itu sebagai campur tangan dalam "urusan dalam negeri" orang lain.

Namun Pemerintah Beijing baru-baru ini menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB yang "mengutuk keras penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai".

Taiwan, sebuah pulau demokratis yang memiliki pemerintahan sendiri, secara vokal mengutuk kudeta itu sejak awal. Mereka juga menentang penyalahgunaan kekuatan oleh junta yang menyebabkan jatuhnya korban dari pihak pengunjuk rasa.

Melansir AFP pada Senin (15/3/2021), Kementerian Luar Negeri Taipei mengatakan sepuluh warga Taiwan untuk sementara terjebak selama kerusuhan di pinggiran Yangon. Beberapa properti juga rusak ketika pabrik mereka di distrik itu diserang.

Kelompok itu saat ini aman dan tetap berada di dalam pabrik untuk menunggu situasi stabil, menurut pernyataan otoritas Taiwan.

Baca juga: Dianggap Bantu Junta Militer Myanmar, Pabrik China Dibakar Demonstran

Media pemerintah China mengatakan 32 pabrik di Yangon diserang pada Minggu (14/3/2021). Kerusakan yang ditimbulkan diperkirakan senilai 37 juta dollar AS (Rp 532,6 miliar) dan menyebabkan dua karyawan terluka.

Kedutaan Besar Beijing di Myanmar mengeluarkan pernyataan yang mengutuk tindakan "para perusak" dan mendesak polisi untuk "menjamin keamanan" bisnis China.

Sekitar 270 perusahaan Taiwan beroperasi di Myanmar dengan perkiraan total investasi lebih dari 1 miliar dollar AS (Rp 14,4 triliun). Sektornya termasuk perbankan, pabrik tekstil dan sepatu.

Baca juga: Polisi Myanmar Keceplosan Akan Bombardir Satu Kota dengan Senjata Berat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com