Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunjuk Rasa Myanmar Bantah Bakar Pabrik-pabrik China, Tuding Ada Setting-an Militer

Kompas.com - 17/03/2021, 07:19 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Mothership

Komentar seorang netizen bahkan berbicara tentang kemungkinan ancaman yang ditujukan ke Singapura. Namun, netizen lain menyanggahnya. Beberapa mengeklaim akun komentator itu adalah troll di pihak militer negara.

Baca juga: Mantan Tentara Myanmar Ungkap Alasan Membelot dan Memilih Bergabung dengan Gerakan Anti-kudeta

Apa yang dikatakan China?

Media pemerintah China, CGTN, mengeklaim lebih dari 10 pabrik telah dibakar oleh pelaku pembakaran tak dikenal.

Perusak disebut membawa "batang besi, kapak, dan bensin." Dikatakan pula sejumlah pabrik yang tidak disebutkan namanya ini adalah "perusahaan yang didanai China".

Menanggapi insiden tersebut, Kedutaan Besar China di Myanmar mengatakan banyak staf China terluka. Otoritas Myanmar pun diminta untuk melindungi properti dan warga China.

Kedutaan Beijing juga menyerukan kepada orang-orang di Myanmar untuk menyampaikan tuntutan mereka dalam batasan hukum, tanpa kekerasan.

Mengutip The Irrawaddy, seorang juru bicara kedutaan menyatakan China meminta Myanmar mengambil tindakan efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan.

“Negeri Tirai Bambu” juga mendesak adanya penyelidikan dan penanganan terhadap pelaku secara relevan sesuai hukum. Termasuk juga meminta kepastian atas keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar.

“Kami menyerukan kepada rakyat Myanmar untuk mengungkapkan tuntutan mereka secara legal, dan tidak dihasut atau digunakan untuk merusak kerja sama persahabatan antara China dan Myanmar," ujar pernyataan itu.

Sebagai tindakan pencegahan, kantor perwakilan Taiwan di Myanmar bahkan telah menyarankan perusahaan Taiwan mengibarkan benderanya. Ini untuk menghindari potensi kekerasan terhadap perusahaan milik China, lapor Reuters.

Baca juga: Digeruduk Militer, Warga Kota Miskin Myanmar Kabur Naik Pikap dan Truk

Investor memikirkan kembali keputusan mereka

Sejak kudeta, Myanmar diguncang oleh protes massa dan terus menindak para demonstran.

Bersamaan dengan seruan untuk memboikot produk tertentu yang dianggap terkait dengan pendukung junta, investor dan bisnis asing harus memikirkan kembali rencana mereka di negara tersebut.

Bukan hanya masalah ketidakstabilan yang terjadi, dalam konfrontasi rutin antara pemerintah militer dan pengunjuk rasa.

Beberapa bisnis cenderung mempertimbangkan citra yang mereka proyeksikan kepada kliennya, terutama jika mereka dianggap mendukung atau memaafkan nilai-nilai militer.

Darurat militer diberlakukan di pinggiran pabrik.

Menurut Reuters, darurat militer telah diberlakukan di pinggiran Kota Hlaingthaya dan distrik lain di Yangon, sebagai tanggapan atas pembakaran.

Media televisi Myawadday yang dikelola militer Myanmar lebih lanjut menuduh 2.000 orang telah menghentikan mesin pemadam kebakaran untuk mencapai pabrik yang terbakar.

Irrawaddy menyoroti bahwa pembunuhan pada Minggu (14/3/2021) membuat korban tewas menjadi 134 orang sejak militer pertama kali melancarkan kudeta bulan lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com