Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedubes AS Keluarkan Peringatan agar Warganya di Myanmar Tetap Berlindung

Kompas.com - 15/02/2021, 16:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

YANGON, KOMPAS.com - Kedutaan Besar (kedubes) Amerika Serikat (AS) pada Minggu (14/2/2021) mengeluarkan peringatan bagi warganya yang tinggal di Myanmar untuk tetap berlindung di rumah masing-masing.

Militer Myanmar dikabarkan mulai mengarahkan kendaraan lapis baja di kota-kota besar negara Asia Tenggara itu, seiring terus berlangsungnya pemogokan pekerja.

Layanan kereta api di beberapa tempat telah berhenti. Namun pekerja pembangkit listrik berusaha untuk memastikan listrik tetap menyala, menurut laporan Reuters pada Sabtu (13/2/2021) mengutip media lokal.

Kendaraan lapis baja dilaporkan muncul di kota-kota Yangon, Myitkyina, dan Sittwe. Penggunaan armada tersebut adalah peluncuran skala besar pertama militer sejak kudeta 1 Februari.

Baca juga: Demo Myanmar Memanas, Militer Tembaki Massa, Kerahkan Kendaraan Lapis Baja

Kedutaan Besar AS di Myanmar memeringatkan warga AS bahwa mereka harus menghindari pergi keluar.

"Ada indikasi pergerakan militer di Yangon dan kemungkinan gangguan telekomunikasi antara jam 1:00 pagi sampai 9:00 pagi. Warga AS di Burma disarankan untuk berlindung di rumah selama jam 8:00 malam sampai 4:00 pagi," tulis kedubas “Negara Paman Sam” di Twitter.

Pada Minggu (14/2/2021), pasukan militer Myanmar dilaporkan telah dikerahkan ke pembangkit listrik dan bentrok dengan demonstran. Sejumlah pihak yakin militer akan memutus aliran listrik, menurut Reuters.

Militer diduga menembaki pengunjuk rasa, dan tidak jelas berapa banyak orang yang terluka.

Penangkapan di negara itu banyak dilakukan pada malam hari. Pada Jumat (12/2/2021), Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Yangon melaporkan lebih dari 350 orang telah ditangkap pada hari-hari sejak kudeta dimulai.

Pada awal Februari, angkatan bersenjata Myanmar menangkap para pemimpin sipil, termasuk peraih Nobel Aung San Suu Kyi. Militer kemudian mengumumkan keadaan darurat selama setahun.

Baca juga: Rakyat Myanmar Panik, Muncul Kabar Militer Kerahkan Preman untuk Buat Kerusuhan

Pihak militer mengklaim terpaksa bertindak setelah menuding adanya penipuan besar dalam pemilihan umum di negara itu. Klaim ini dibubarkan oleh komisi pemilihan Myanmar.

Richard Horsey, seorang analis yang berbasis di Myanmar dari International Crisis Group, mengatakan kepada Reuters banyak badan pemerintah di negara itu telah berhenti berfungsi.

"Ini berpotensi juga memengaruhi fungsi vital. Militer dapat menggantikan insinyur dan dokter, tetapi tidak dapat menggantikan pengontrol jaringan listrik dan bank sentral," katanya.

Presiden Biden mengumumkan sanksi baru terhadap para pemimpin militer Myanmar pekan lalu.

"Militer harus melepaskan kekuasaan yang direbutnya dan menunjukkan rasa hormat atas keinginan rakyat Burma seperti yang diungkapkan dalam pemilihan 8 November," kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.

Baca juga: Militer Myanmar Tangguhkan UU Pembatasan Gerak Pasukan, Mulai Buru Inisiator Protes

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com